Cara Nego Klien biar Nggak Desperate tetapi Juga Menjaga supaya Klien Nggak Kabur
Nego klien itu memang challenging. Ngeri-ngeri sedap, pokoknya.
Penginnya sih kita bisa mendapatkan harga yang bagus—tapi di saat yang sama juga pengin supaya klien nggak kabur karena lihat harga kita terlalu tinggi. Tapi sekaligus juga, enggak terlihat desperat karena ngasih harga terlalu murah.
Nah loh.
Memang soal jadi freelancer ini banyak printilan yang kudu diperhatikan bener. Padahal dari luarnya kelihatan enak banget, bisa terima bayaran sesuai yang dimau.
Pada nggak ngerti aja, untuk nego harga kayak gini tuh MALESIN.
Apalagi kalau dapat klien yang “enggak sevisi”. Enggak mau menjelek-jelekkan dengan menjelaskan seperti apa klien yang “enggak sevisi” ini. You know what I mean-lah ya.
Kadang sudah alot diskusi, eh … ujung-ujungnya di-ghosting.
Gimana rasanya?
Terus, gimana caranya nego klien supaya dealing lancar dan berakhir closing? Well, ada beberapa hal yang bisa kita usahakan dan upayakan—selain berdoa. Berikut beberapa di antaranya.
Cara Nego Klien Tanpa Terlihat Desperate dan Klien Nggak Kabur
1. Cek Klien
Biasanya, saat mulai ada leads masuk, saya akan tanya-tanya dulu seputar (calon) klien. Ketika sudah dijelaskan, saya akan lakukan riset cepat. Gugling, dan cek media sosial. Kadang ini memang bikin saya jadi slow response pas chatting sama klien. Wqwqwq. Ya enggak apa-apa, demi memahami kebutuhan mereka juga nantinya.
Jadi, di awal, kudu paham dulu apa bisnis si klien, dan kudu langsung ada gambaran, hal apa yang biasanya mereka butuhkan dan bisa kita penuhi.
2. Miliki Harga ‘Batas Bawah’
So, fee penulis itu memang fleksibel banget. Ada banyak faktor yang memengaruhi, termasuk tingkat kesulitan artikelnya, spesifikasi yang diminta, sampai tingkat keriwilan (calon) klien juga memengaruhi.
Saya pernah bahas di postingan Instagram saya yang ini. Boleh dicek kalau pengin tahu lebih jauh.
Harga batas bawah adalah harga atau kondisi terendah yang bisa kamu terima untuk dikerjakan dengan ikhlas. Harga ‘batas bawah’ ini seharusnya sudah kamu tentukan sebelumnya. Bisa juga kamu berpatokan ke harga yang pernah kamu kerjakan, yang paling kecil. Atau, kalau kamu belum pernah ngerjain proyek, ya dikira-kira, sampai seberapa kamu bisa ikhlas nulis suatu artikel.
3. Tanyakan Kebutuhan Klien
Layanan paling oke adalah layanan yang sesuai dengan kebutuhan.
Jadi, perhatikan dengan saksama kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh klien. Hal ini memungkinkanmu untuk mencari dan memberikan solusi yang akurat, sehingga membuat klien merasa dihargai.
Sajikan beberapa paket atau opsi penyesuaian untuk mereka pilih. Ini menunjukkan fleksibilitas kamu tanpa menurunkan nilai layananmu.
4. Tanya Bujet Klien
Nah, ini sih senjata andalan saya. Tanyakan, berapa bujet klien. Kalau mereka menyebutkan angka, kita bisa dengan mudah mengira-ira dengan berbagai pertimbangan.
Berikan tawaran, untuk bujet sekian, kamu bisa provide apa saja? Jelaskan dengan gamblang, apa yang bisa mereka peroleh dan apa yang kamu harapkan menjadi imbalan. Upayakan supaya keduanya berimbang.
Biasanya sih, dari sini lantas mengalir negonya.
5. Enjoy the Process
Nah, ini yang kadang jadi kesalahan. Banyak yang terburu-buru, sehingga menyerah saja pada permintaan klien. Padahal jelas-jelas, enggak masuk atau sepadan sama kerjaannya.
Jadi, biarkan proses negosiasi berjalan dengan ritmenya sendiri. Terkadang, memberi waktu kepada klien untuk berpikir bisa meningkatkan peluang mereka untuk setuju.
6. Tahu Kapan Harus Mundur
Jika klien terus menuntut lebih dari yang bisa atau ingin kamu berikan, mungkin sudah saatnya untuk mengevaluasi apakah kesepakatan ini benar-benar menguntungkan bagi kamu.
Jangan takut terlihat gagal untuk deal. Rezeki masih bisa dijemput dari jalan yang lain.
Baca juga: Memulai Karier sebagai Penulis Lepas, Here's What You Can Do!
Nah, kalau sudah deal, jangan pernah lalai untuk selalu memegang komitmen. Apalagi jika tadinya, kamu sendiri yang menawarkan. Tetap profesional, apa pun kondisinya. Jika perlu menegosiasi ulang, ya lakukan saja based on data—misalnya ternyata pekerjaannya lebih rumit (dibuktikan dengan penjelasan prosesnya), atau butuh effort yang lain (sebutkan apa saja effortnya), dan sebagainya.
Intinya: beradu argumen dan nego harus selalu dibackup dengan fakta. Dan, kamu juga klien itu saling membutuhkan. Mereka butuh kamu untuk bantu memecahkan persoalan, dan kamu juga butuh mereka untuk bisa nutup biaya hidup. So, saling kasih solusi aja, lalu enjoy the ride.
0 comments