5 Mimpi Buruk Penulis Lepas dan Cara Mengatasinya
Mimpi buruk sebagai penulis lepas? Ada emang?
Well, pekerjaan menulis lepas atau freelance writing adalah satu dari banyak pekerjaan rumahan yang menyenangkan, sebenarnya sih.
Kamu boleh memilih waktu yang paling enak dan mood tepat untuk mengerjakannya (kecuali kalau dikejar deadline). Pun, nggak perlu juga keluar biaya transportasi (kecuali diajak meetup sama klien, yang ternyata kamu harus membayari makan siang klien juga). Tidak butuh pakaian formal, apalagi seragam (paling hanya butuh kemeja, yang bisa kamu pakai di luar daster ketika Zoom meeting).
Dan untuk yang sudah berumah tangga, jadi tetap bisa mengontrol keadaan rumah. Seperti bisa sekalian mengawasi anak yang jumlahnya lebih dari satu di rumah, yang harus dibikinkan camilan dan lauk yang beraneka rupa 4 - 5 kali dalam sehari.
Tapi, biar bagaimanapun setiap pekerjaan memiliki suka dan dukanya masing-masing. Senyaman-nyamannya bekerja di rumah, tetap ada risiko yang mungkin terjadi.
Nah, apa saja sih, mimpi buruk bagi para penulis lepas ini? Bagaimana cara menghindarinya?
1. Kontrak kerja yang gaje
Kamu boleh jadi hanya bekerja paruh waktu, tapi soal kontrak tetap harus jelas.
Jadi, usahakanlah untuk membuat kontrak kerja yang ditandangani secara sah oleh kedua belah pihak, dalam hal ini kamu dan klien. Selesaikan perjanjian itu sebelum pekerjaan dilakukan, dan jangan sebaliknya.
Ada banyak sekali klien yang baik hati, namun kamu harus tetap berjaga diri. Karena tak kurang juga klien yang melarikan diri sebelum invoice dipenuhi.
Hey, it rhymes!
Kamu juga perlu memahami dengan jelas poin-poin yang tertera di dalamnya. Pasal pembayaran, misalnya. Jika bayarannya nggak sepadan, segera negosiasikan. Jangan sampai terlanjur “deal” tapi kamu misuh-misuh di belakang. Perhatikan juga aturannya, apakah 50% di depan lalu sisanya setelah pekerjaan selesai, atau seluruh pembayaran di depan atau di belakang. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisi ataupun kebutuhan.
Jaga supaya kedua belah pihak memenuhi komitmen masing-masing.
Kamu sendiri juga mesti tahu diri. Jangan di awal bilang enggak apa-apa dibayar belakangan, setelah ada brief, tiba-tiba kamu minta dibayar duluan karena kamu butuh uang untuk bayar sekolah anak.
No, that's not the way it works. Klien enggak boleh dilibatkan dalam persoalan pribadimu. Keep it private, dan cari jalan lain untuk mendapatkan uang professionally.
Jangan ngemis ke klien.
Sungguh, saya sering juga bertindak sebagai klien dan memesan tulisan ke penulis lain. Tapi, kalau ketemu yang kayak gini, saya enggak segan-segan untuk nggak order lagi. Cukup tau, dan saya akan cari penulis lain.
Kalau pihak penyewa jasa tidak menyediakan kontrak kerja, maka kamulah yang harus membuatnya. Tidak perlu yang rumit, tuliskan poin-poin yang diperlukan saja seperti pembayaran dan tenggat waktu. Dengan demikian, klien akan menghargai posisimu secara profesional, dan sebaliknya.
Pertahankan baik-baik hubungannya, agar terus terjalin kerja sama yang nyaman dan menguntungkan antara kedua belah pihak, hitam di atas putih.
Kurangnya pekerjaan ini memang di sini sih. Karena mostly pekerjaan selalu dimulai tanpa kontrak, dan akhirnya berhenti without prior notice. Siapkan langkah antisipasi, selalu punya backup plan just in case, kamu tiba-tiba enggak punya pekerjaan bulan depan.
2. Deadline
Masalah tenggat waktu ini memang terjadi di mana-mana sih. Bedanya, kalau bekerja untuk perusahaan maka atasan atau HR yang akan mengingatkan, sedang sebagai penulis lepas maka kamu harus bisa mengingatkan diri sendiri.
Nah, justru bagian itulah yang kadang susah!
Kalau sudah begitu, maka ingatlah kembali nasihat-nasihat dulu; buat jadwal kegiatan dan disiplinlah. Titik.
Jangan ngeluh karena deadline, karena bagaimanapun juga, deadline bukannya datang mendadak. Deadline sudah ada sejak awal pekerjaan dimulai. Kalau kemudian kamu kesulitan untuk menepatinya, berarti apanya yang salah hayo?
3. Terlalu banyak pekerjaan
Ini bukan hal yang harus dikeluhkan, mestinya. Ada banyak penulis lepas yang susah mendapatkan pekerjaan. Jadi, kembalilah ke nomor 2 di atas: buat jadwal dan disiplin.
Namun jika kedisiplinan bukanlah hal sulit, mungkin masalah kamu adalah ketidakenakan hati. Kalau iya, maka belajarlah untuk berkata “tidak”. Jangan menerima tambahan pekerjaan jika yang ada sudah cukup membuatmu sibuk. Bagaimanapun, kamu perlu memperhatikan kualitas tulisanmu, sekaligus juga kualitas kehidupanmu.
Kamu tentu tidak ingin kebanyakan bergadang, lupa menjemput anak, tidak sempat mandi dan kelaparan, bukan?
4. Tiada jaminan masa depan
Nah, ini. Sejak saya soft launch penuliskonten.id *eaaaak*, tiba-tiba banyak yang kirim pesan pribadi--DM, WhatsApp, email, dll--yang bilang pengin jadi penulis lepas dan butuh pekerjaan.
Sungguh, sebenarnya pekerjaan menjadi penulis lepas ini sekarang jadi sedikit overrated. Hahaha.
Jika bekerja di perusahaan akan membuatmu sedikit terjamin di hari tua, maka sebagai penulis lepas maka kamu hanya akan mengandalkan diri sendiri. Tidak ada asuransi, apalagi pesangon.
Nah. Ubah mindsetmu.
Punyai asuransi--minimal asuransi kesehatan, akan lebih bagus jika dilengkapi lagi dengan asuransi jiwa.
Jangan khawatir, ada banyak sekali perusahan asuransi yang bisa dihubungi, bahkan pemerintah pun menyediakan yang biayanya terjangkau. Ikuti programnya dan bayar iurannya dengan tertib, anggap ini sebagai bagian dari usaha menjaga diri.
Selain asuransi, jika ada sisa pembayaran maka sisihkanlah dalam tabungan khusus. Buka akun bank yang diniatkan untuk masa-masa membutuhkan. Jika memang tujuannya jangka panjang, kamu bisa melirik berbagai jenis investasi yang saat ini sudah merakyat. Membeli saham, misalnya, atau logam mulia.
5. Terlupakan
Sama seperti artis, kamu juga harus tetap eksis supaya tidak terlupakan. Jika para klien sudah kenal dan hafal semua hal tentangmu, belum tentu para netizen menyadari keberadaanmu. Padahal, untuk jenis pekerjaan yang satu ini eksistensi juga diperlukan loh.
Jadi, tetap pertahankan keberadaanmu di dunia maya, sesibuk apa pun itu. Setidaknya menyapa teman-teman di akun-akun media sosial dengan status yang ringan-ringan saja. Jangan lupa juga untuk update blog dengan artikel-artikel yang bermanfaat. Kalau semua orang tahu kamu masih eksis, mereka akan ingat ke mana harus menghubungi jika ada pekerjaan.
Gimana, masih merasa profesi menjadi penulis lepas itu menakutkan? Semoga iya, jadi saya nggak perlu ada tambahan saingan.
Dengan 5 hal di atas, dijamin mimpi buruk mengenai pekerjaan ini bisa dihindari. Tetap semangat berkarya dan menebar manfaat!
0 comments