5 Modal yang Diperlukan dalam Pekerjaan Sebagai Penulis Lepas
Mari kita lihat.
Ternyata penulis lepas berjenis kelamin perempuan jauh lebih banyak ketimbang male freelance writers. Mungkin ada hubungannya juga dengan statistik berikut ini.
Konon, fleksibilitas waktu menjadi alasan utama mengapa seseorang lebih memilih untuk bekerja sebagai freelance writer. Tetapi, fleksibilitas waktu ini juga datang seiring dengan "fleksibilitas" income juga--which means, pendapatan juga jadi enggak tetap.
Infografis-infografis di atas saya ambil dari FlexJobs ya, sebuah situs loker berbasis di US sana.
Gimana, menarik enggak menurutmu?
Saya jadi pengin utak-atik sisi psikologis dari pekerjaan freelance writer ini sih, to be honest. Hahaha. Mengapa banyak yang pengin kerja freelancer, bahkan tanpa tahu perjuangan seperti apa yang harus dihadapi nanti.
Etapi itu next article aja deh. Saya sekarang mau bahas, buat yang memang sudah berniat bener untuk menjadi seorang penulis lepas.
Menjadi penulis lepas memang merupakan salah satu pekerjaan idealnya kaum hawa, kalau kamu lihat di statistik di atas. Apalagi buat yang sudah menikah dan punya anak. Pekerjaannya akan selesai cukup dari atas meja, tidak perlu meninggalkan rumah. Bayarannya juga lumayan untuk menambah penghasilan keluarga. Gitu kan ya?
Tapi, sebelum mimpi lebih jauh, kamu seharusnya baca dulu artikel tentang hard truths about being a freelancer ini deh. Pekerjaan sebagai freelancer itu enggak seindah itu, fellas. Ada banyak hal yang harus disiapkan, bahkan dikorbankan.
Selain itu, menjadi seorang penulis lepas juga butuh modal. Modal di sini enggak berarti duit doang, tetapi ada juga modal nonfinansial. So, buat yang pengin mulai, sebaiknya perhatikan 5 modal nonfinansial yang diperlukan dalam pekerjaan penulis lepas ini dulu.
5 Modal Penulis Lepas
1. Kemauan keras
Berbeda dengan pandangan umum yang beredar, menjadi penulis lepas itu nggak perlu bakat, kok. Ya, ada sih pekerjaan menulis yang membutuhkan bakat juga, seperti pengarang novel atau berpuisi, karena ada kepekaan khusus yang harus dimiliki. Tapi selebihnya, bisa hanya dengan kemauan dan kemampuan. Dan, rasa ingin tahu yang besar.
Jadi, asah kemampuanmu dalam menulis. Misalnya memperbanyak kosa kata, mempelajari tata bahasa, dan banyak membaca.
Kalau mau menulis, terutama jika kamu belum banyak pengalaman, saran terbaik dari saya sih dengan membuat outline dulu. Nggak usah sok-sokan, merasa punya bakat alami nulis lalu nulis tanpa outline. Percaya deh, kemampuan menulis tanpa outline itu bakat. Dan nggak semua orang punya bakat ini. Consider yourself nggak punya bakat ini. Itu lebih baik ketimbang jadi penulis narsis yang jatuh cinta sama tulisan sendiri, padahal orang lain bacanya engap.
Outline ini bisa menolong tulisanmu agar tidak berpanjang-lebar dalam membabar informasi. Latih juga kepekaan, agar semakin luwes dalam gaya tulisan, juga paham mana yang mesti disampaikan dan mana yang bisa dihilangkan.
2. Pengetahuan SEO
Yes, SEO adalah modal, terutama jika kamu aim untuk menjadi seorang penulis lepas khusus konten website. Pengetahuan akan SEO bisa jadi modal yang paling penting.
Sebenarnya juga nggak perlu yang terlalu rumit sih. Teknik SEO yang bener-bener technical biasanya akan ditangani oleh tim khusus, kalau memang (calon) klien pengin agresif di sini.
Tapi adalah penting untukmu tahu bagaimana cara memilih keywords untuk artikel, tahu apa dan bagaimana SEO On Page, dan bagaimana cara menulis artikel yang enak dibaca, sekaligus disukai oleh mesin pencari.
3. Eksis
Ini penting. Jangan hanya fotomu saja yang bertebaran di dunia maya, tapi juga tulisan.
Rajin-rajinlah menyebarkan tulisan, hingga orang mengenalmu melaluinya. Jangan pelit, cuma nulis di blog sendiri, apalagi kalau kamu punya cita-cita pengin jadi penulis lepas yang laris.
Sebarin aja tulisan ke mana-mana, nggak dibayar pun! Anggap itu sebagai portofolio dan modal awal. Bayangkan jika calon klien gugling namamu, dan kemudian menemukan tulisanmu ada di mana-mana. Kurang percaya apa dia coba?
Kamu bisa mulai dari Facebook, sebuah platform media sosial yang membuat orang dikenal lebih kepada tulisannya. Media lain, misalnya Twitter, hanya membolehkan penggunanya menulis sebanyak 280 karakter saja sih, tapi kita bisa bikin thread di situ. Sedangkan Instagram, meski lebih sering digunakan untuk posting foto dan video, tapi bisa kok diakalin supaya bisa jadi media untuk menulis juga.
Kamu juga bisa memperlebar sayap ke beberapa portal yang mengizinkan penggunanya untuk mengirimkan tulisan. Jangan pelit, karena enggak dibayar. Itu nanti akan balik ke dirimu sendiri.
Sebel banget kalau ada yang pengin jadi penulis, tapi maunya nulis cuma kalau dibayar. Seorang penulis juga perlu investasi dan modal, salah satunya dengan menulis tanpa dibayar. Udah enak nggak usah keluar modal berupa duit.
Heran.
Tuh, jadi ngomel deh.
Apa pun media sosialnya, yang jelas kamu harus bisa membuktikan bahwa kamu bisa menuliskan sesuatu yang menarik. Entah itu berupa informasi umum, maupun sekadar berkabar dengan gaya yang unik.
Eksistensi sangat diperlukan dalam dunia maya sekarang ini. Personal branding. Tsah. Kamu akan diketahui keberadaannya, dikenal, dan dinilai dari sana.
4. Citra baik
Apalagi yang diperlukan dalam masalah eksis? Citra.
Ciyehhh. Jaim nih ye.
Nggak usah sungkan dibilang jaim. Biarin aja kalau ada yang ngatain gitu. Emang kita mesti jaga image, biar dapur ngebul.
Jaim itu nggak sama sama hipokrit loh. :P
Yes, ini bukan berarti kamu harus bermuka dua. Karena sepandai-pandainya orang berbagi kebaikan dan kebermanfaatan palsu, suatu saat akan keluar juga aslinya. Jejak digital itu abadi, bukan? Jadi, perhatikan output-mu. Itu adalah bukti dari karaktermu.
Because, let's be realistic! Biar bagaimanapun, orang akan lebih senang bekerja sama dengan yang punya citra baik. Kalau isi postingan kamu kebanyakan adalah curhatan gaje, caci-maki, bullying, ujaran kebencian, apalagi SARA, maka lupakanlah pekerjaan sebagai penulis lepas ini.
Nggak ada yang mau hire penulis lepas dengan citra negatif, yang suka ngomong kasar dan penuh kebencian terhadap orang lain.
5. Ciri khas dan spesialisasi
Akan baik pula jika kamu punya skill spesialisasi khusus, meski kamu nggak boleh picky dalam mencari pekerjaan freelancing.
Nggak hanya berbagi kisah melalui media sosial, kamu juga perlu mengesahkan keberadaanmu melalui blog. Memiliki blog serupa dengan memiliki “warung” yang menyediakan semua yang diperlukan pembeli jasa. A portfolio.
Nih, coba simak obrolan saya bareng Mas Dani Rachmat di IG Live beberapa waktu yang lalu. Di situ sih lengkap dibahas, gimana kalau seseorang pengin mencoba mulai profesi sebagai penulis lepas.
Sisihkan waktu khusus untuk melatih kedisplinan. Semakin rajin membuat tulisan, semakin terasah kemampuan dan kepekaan. Kamu bisa menulis apa saja di sana, jadi berkreasilah. Jangan lupa membagikan tautannya di grup-grup menulis juga akun media sosial, agar karyamu berkelana luas.
Namun demikian, kamu juga perlu punya keontentikan. Gaya setiap orang itu jelas berbeda-beda, jadi pertahankan ciri khasmu. Keaslian itu kelak akan mendatangkan klien yang tepat sesuai kepribadian. Yang pasti, tulisanmu harus selalu otentik, hasil karangan sendiri dan tidak hanya copy paste. Hari gini, segala bentuk kecurangan sudah sangat mudah untuk dibuktikan.
Kalau semua sudah dilakukan, berbesar hatilah untuk minta kritik dan saran dari para rekan penulis. Mereka yang lebih dulu malang melintang di dunia penulisan secara profesional tentu paham mana yang menjadi kekurangan atau kelebihan. Mereka akan dengan senang hati memberikan masukan.
Nah, mari siap-siap memberdayakan diri dan berkarya. Pekerjaan sebagai penulis lepas ini akan mengajakmu melanglang buana hanya dari rumah!
Good luck!
0 comments