Belajar Dari Kesalahan 5 Produk Gagal Google
Biarpun luar biasa berjaya di udara, Google tetaplah karya manusia yang tak lepas dari kesalahan. Ada beberapa produk Google yang ternyata gagal di pasaran, dan dengan terpaksa harus dihentikan.
Well, kamu dan saya mungkin pernah menjadi salah satu penggunanya yang setia, sampai terkaget-kaget dan sedih karena layanan itu harus hilang dari peredaran. Tapi ada beberapa mungkin malah belum pernah dengar sama sekali.
Apa sajakah produk-produk gagal Google ini? Ada banyak sih. Tapi, dari beberapa di antaranya, ada yang bisa dipelajari dari produk-produk gagal ini.
Apa sajakah produk-produk gagal Google ini? Ada banyak sih. Tapi, dari beberapa di antaranya, ada yang bisa dipelajari dari produk-produk gagal ini.
Yuk, belajar dari kesalahan 5 produk gagal dari Google!
1. Google+
Sampai dengan kurang lebih setahun lalu, kamu mungkin masih pakai ya?Nyatanya, sejak April 2019, Google+ mengundurkan diri dari jagat maya. Padahal awalnya aplikasi ini merasa mampu bersaing dengan Facebook, tapi ternyata amat sangat kalah tenar dari platform media sosial buatan Mas Mark tersebut.
Pasar terbukti tidak mampu mencuatkan Google+, hingga hanya sedikit saja yang menggunakannya. Padahal, jaringan raksasa itu sudah berinvestasi besar untuk kelengkapannya, loh. Segala fitur video conference, kolom komentar, buku alamat dan sebagainya sudah “nangkring” dengan manis di dalamnya. Apa daya, netizen itu loyalitasnya luar biasa terhadap Facebook dan platform-platform lain yang sudah duluan ada.
Satu hal yang bisa dipelajari dari Google+: Kalau kamu memiliki bisnis jasa, maka kamu harus bisa lebih melindungi privasi pengguna. Kabarnya, ada sekitar 500.000 pengguna Google+ yang datanya bocor ke tangan pihak lain, yang akhirnya menjadi latar belakang ditutupnya layanan ini.dap media sosial yang sudah ada.
Hmmm, padahal sekarang ada banyak aplikasi yang konon juga bocor data penggunanya. Bahkan CEO startup unicorn ecommerce Indonesia pun mengaku, data penggunanya bocor!
Apakah startup ini akan berakhir sama seperti Google+?
Just wait and see, then.
2. Google Allo
Satu lagi dari Google yang beristirahat dalam damai di tahun 2019, yaitu Allo.Seperti Google+ yang berniat menyaingi Facebook, Allo mengincar tahta Whatsapp sebagai media pesan instan. Lagi-lagi, cita-cita itu kandas.
Kecurigaan utama adalah karena kegagalan fitur enkripsi end-to-end untuk diaktifkan secara default, sehingga tidak ada privasi dalam percakapan antarpengguna.
Well, kebanyakan dari penggunanya nggak menyadari hal ini sih, karena kita harus sengaja mencari fiturnya di menu untuk kemudian diaktivasi enkripsinya. Berbeda dengan WhatsApp, yang enkripsi langsung jalan begitu kita memakai aplikasinya.
Hal inilah kemudian yang membuat produk Google Allo gagal di pasaran.
Ini memang berhubungan dengan keberadaan Google Assistant, karena tujuannya agar aplikasi Google yang berbasis Artificial Intelegence itu dapat menangkap semua percakapan demi mempersembahkan jawaban terbaik bagi pelanggannya. Jika enkripsi itu dinyalakan secara default, maka Google Assistant tidak bisa merekam pembicaraan pengguna.
Pelajarannya adalah, bahwa jika kamu mencoba sebuah bisnis, maka berfokuslah pada bisnis tersebut dengan tidak menggabungkannya dengan yang lain. Kalaupun digabung, jangan sampai merugikan pelanggan karena kegunaan yang tumpang tindih.
3. Google Buzz
Satu lagi yang begitu ingin disaingi oleh Google, yaitu Twitter. Maka, lahirlah Google Buzz.Aplikasi ini terhubung dengan Google Mail, yang akibatnya para pengguna Google Buzz secara otomatis akan berteman dengan kontak-kontaknya di email. Kemudahan ini justru menjadi masalah dan dikomplain oleh banyak pihak, bahkan kabarnya ada satu tuntutan resmi karena "kepintaran"-nya ini.
Well, yeah, katakanlah, enggak semua orang yang kamu kirimi email ingin berteman denganmu di media sosial, kan?
Begitulah. So, Desember 2011 Google Buzz raib dari dunia maya.
Moral of the story: betapa pun banyaknya bisnis yang ingin kamu miliki, berikan pilihan pada pelanggan untuk meng-customize-nya. Biarkan mereka memilih, mana yang pengin diintegrasikan, dan mana yang enggak.
4. Google Answer
Seorang pendiri Google sendiri yang memunculkan ide ini, dengan timnya yang berjumlah empat orang. Namun tidak semua jenius berhasil mengembangkan aplikasi jenius yang sukses, bukan?Mungkin ini gegara Google Answer menarik bayaran atas pertanyaan yang diajukan, sedangkan pada saat yang sama, Yahoo! Answer menawarkan jawaban gratis. Begitu juga dengan Quora. Bahkan, di Quora, kamu bisa mendapatkan uang kalau bisa mengajukan pertanyaan yang viral lo.
Nah, kalau sebagai user, terus coba deh, kamu sendiri akan memilih yang mana, kalau kayak gini?
Akhirnya tahun 2006, Google Answer mengundurkan diri dan nggak menerima pertanyaan lagi. Tapi, thinking machine Google Answer ini, konon, menjadi bibit asal mula Google Search yang kita semua pakai hingga sekarang.
So, moral of the story is, jangan menarik bayaran layanan yang orang lain mampu menyediakannya secara gratis. Kamu mesti menambahkan sesuatu agar lebih worth, jika memang hendak membuatnya berbayar.
So, moral of the story is, jangan menarik bayaran layanan yang orang lain mampu menyediakannya secara gratis. Kamu mesti menambahkan sesuatu agar lebih worth, jika memang hendak membuatnya berbayar.
5. Google Video
Sebelum akhirnya mengakuisisi Youtube, Google pernah punya produk gagal juga yang mirip-mirip, namanya Google Video.Aplikasi ini melayani penggunanya dengan pencarian video yang lebih luas dari berbagai sumber. Dengan ini, para blogger yang memakai Blogspot bahkan tidak harus login lagi karena terintegrasi, sehingga kegiatan upload atau sharing video bisa dilakukan dengan sangat mudah dan cepat.
Meski demikian, layanan ini terpaksa ditutup gegara (lagi-lagi) ada isu kebocoran data pengguna. Kebocoran ini terutama dialami oleh pengguna Google Video yang juga memiliki akun Google Takeout Service, katanya diakibatkan oleh “kesalahan teknis kecil”.
Kecil ya?
Hmmm, padahal yang terjadi adalah beberapa video pribadi milik pengguna tersebar tanpa sengaja ke mana-mana, tanpa persetujuan si pemiliknya.
Wadaw! Kecil, hmmm?
Begitulah. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti ada kejeblosnya juga. Raksasa sebesar Google pun bisa melakukan kesalahan bisnis. So, kita yang baru mulai ya wajarlah kalau melakukan kesalahan-kesalahan juga.
Yang penting, belajarlah dari kesalahan tersebut.
Sadar kan, bahwa dari kesalahan-kesalahan tersebutlah Google akhirnya semakin berjaya mempersembahkan yang terbaik bagi penggunanya?
Nah, maju terus pantang mundur, ya! Jadikan kesalahan dari 5 produk gagal Google ini sebagai acuan pelajaran!
0 comments