Jangan Mentang-Mentang Kamu (Menganggap Diri) Influencer
Oke, disclaimer dulu. Artikel ini akan terlalu nyinyir. So, you've been warned ya. Kalau enggak tahan dengan "nada" nyinyir seorang haters, kamu boleh kembali menutup artikel ini, dan pindah ke artikel lain yang lebih berfaedah. Di blog ini tentunya :P
Beberapa waktu belakangan, saya sungguh begah dengan berbagai kondisi yang dishare oleh orang-orang di jagat media sosial terkait perilaku influencer. Maap, saya males nyari atau skrol timeline untuk memperlihatkan beberapa berita mengenai perilaku influencer yang minus. (Iya, saya akhir-akhir ini makin malesan, apalagi kalau soal hal-hal yang nggak ada faedahnya buat saya or kerjaan.)
Tapi yah, sebersih-bersihnya saya setting timeline Twitter, beranda Facebook, dan timeline Instagram, teteup ya, pada keliatan. Wqwqwq. Mutual saya memang luar biasa sik.
Dan, jujur, saya malu sendiri liatnya.
Ada influencer yang katanya minta gratisan 500 risoles untuk ditukar dengan so-called exposure berupa foto di feednya yang berfollower katanya ratusan ribu. Ada influencer lain di luar negeri berfollower 50K something, yang minta gratisan paket wedding ke sebuah wedding organizer senilai ribuan dolar, untuk ditukar dengan foto di feednya.
... daaan berbagai cerita yang lain.
Kalau nemu tweetnya, bakalan ada tuh reply-reply dari orang-orang yang pernah ngalamin hal yang sama: influencer minta gratisan untuk ditukar dengan foto.
So, mau tau "dosa-dosa" influencer yang lainnya?
Wuidih, Carra is playing God.
Nope, I don't. Saya bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang mempergunakan media sosial untuk belajar, mencari informasi, mendapatkan data untuk kemudian dibuat artikel, dan untuk nyinyir.
Yes! Saya hanya bagian dari netijen mahabenar, penonton yang berhak menilai tontonan yang ditontonnya, karena yang menyajikan tontonan mempertontonkan tontonan yang sungguh tak enak untuk ditonton.
Right? Kek kalau lagi nonton tivi atau nonton film, kita boleh dong ngomenin acaranya kan? Boleh ngereview filmnya sejujur-jujurnya kita kan? Menghargai yang bikin tontonan? Of course! Kalau yang dihasilkannya memang layak untuk dihargai. Kalau enggak?
Hei, bukankah mereka bikin sesuatu itu untuk kita tonton?
Hahaha. Mbulet tur nyinyir. Biarin.
Anyway, balik ke laptop.
Yes, "dosa-dosa" berikut sering dilakukan oleh influencer, yang sebenarnya kemudian menjadikan mereka pun "setara" dengan netijen mahabenar. Saya menuliskan ini bukan untuk menghakimi mereka, sebenarnya juga. Tujuannya jelas, supaya kita bersama bisa belajar dari kesalahan orang lain.
See? Nggak selamanya nyinyir itu unfaedah. Bisa juga kan nyinyir berfaedah.
Lagi pula, mungkin kesalahan-kesalahan ini juga MASIH saya lakukan. So, I think it's also good for myself.
Disclaimer lagi: sebagian cerita di bawah ini, saya alamin/lihat/dengar sendiri ceritany dari pihak yang benar-benar mengalaminya.
3 Dosa So-Called Influencer yang Sering Kejadian Belakangan Ini
1. Menilai diri sendiri terlalu tinggi
"Eh, kirimin aku produk dong. Ntar aku posting bareng karya seniku deh. Jadi background gitu," sapa seorang so-called-influencer-yang-juga-self-proclaimed-artist berfollower 5K (sedangkan follower brand-nya 80K) ke pemilik brand yang akun Instagramnya saya kelola.
Hal pertama yang nongol di benak adalah: dengan 5K, kamu bisa apa untuk bisnis brand yang followernya sudah 80K? Tapi ya sudah, sama pihak pemilik bisnis--yang katanya masih teman--dikiriminlah itu produk. Free.
... dan ternyata, enggak pernah diposting juga sampai sekarang.
Pantes nggak kalau lantas dipertanyakan, "Are you serious? Like, seriously?"
"Kirim produk ke aku dong. Nanti aku promoin."
Oh yeah? Kalau dikirim beneran, kamu emang bisa bawa berapa orang yang mau beli produknya bener-bener? Kan katanya mau promoin? :P
Pertanyaan itu seharusnya dijawab dulu, sebelum kamu berani mengajukan diri untuk menjadi kepanjangan tangan para brand marketing. Meski memang, kan ini soal brand awareness. Tapi ini bukan berarti tidak bisa diukur. Beberapa hal yang seharusnya tercapai setelah menyewa jasa influencer yang bisa menjadi tolok ukur kesuksesan strategi marketing influencer ini adalah:
- Follower brand nambah, engagement naik.
- Peringkat untuk kata kunci tertentu di SERP naik
dan beberapa hal lain. Silakan ditambahkan buat para digital marketers :P
Beda pastinya, kalau si brand yang datang padamu dan menawarkan kerja sama. Tentunya, mereka sudah melakukan riset lebih dulu. Dan, mereka juga sudah bisa membayangkan, KPI seperti apa yang bisa kamu capai.
However, mungkin kemudian ada pertanyaan lain yang kemudian muncul, "Berarti, kita nggak boleh dong, mengajukan diri ke brand?"
Boleh lah dong deh ah! Apalagi kalau kamu adalah bloger/influencer yang memang kenal betul dengan value dirimu sendiri. Saya pernah nulis tip melamar brand secara sopan dan etis. Tip tersebut saya kumpulkan dari bloger-bloger luar, dan juga ada sedikit insight dari seseorang yang bekerja di digital marketing. Silakan dibuka dan dibaca-baca kalau butuh yah.
2. Ga tau diri
Oh, mungkin terdengar kasar sih. Tapi saya enggak bisa menemukan frasa lain yang lebih tepat selain itu."Oh, mau aku promosiin? Feenya dua juta yah, satu foto di feed," kata seseorang yang lain lagi--yang lupa akan utangnya yang sudah pernah diputihkan--pada seorang pemilik brand yang lagi-lagi akun Instagramnya saya kelolain.
Oh yes, cerita ini nyata. Real. Benar-benar terjadi.
Lucu. Barangkali dia memang amnesia ya? Entahlah.
Apa perasaanmu, kalau kamu yang ngalamin jadi orang yang dimintain gitu sama influencer? Saya sih terus terang sakit hati. Oh, cukup tahu aja sih. Dan akan langsung black listed.
Sama aja kek influencer yang pesan 500 risoles buat ditukar sama foto di feed dan story.
Yawlah! 500 risoles!
Ngelipetnya itu pegel banget, Mbaque. Eikeh bikin sosis lilit mie 12 bijik aja langsung encok!
500 risoles, dituker foto.
YHA!
3. Black marketing
Inget kasus Mandiri error kapan hari? Yang bikin para netijen panik? Ada yang kehilangan saldo 25 juta, tapi juga ada yang ketambahan saldonya sampai 9 juta?Salah satu so-called influencer ngetweet kurang lebih begini, "Mandiri error, orang panik, baru diinformasikan kalau ada maintenance. ****** mau ada maintenance, sudah sejak kapan hari diinformasikan, blablabla..."
Siapa dia? Hahaha, jangan disebutin. Silakan dijawab di dalam hati sadjah.
Ok. Saya sih tahu, dese sedang menyoroti dan mengomplain sebuah layanan (mungkin dengan maksud) agar kualitasnya bisa diperbaiki.
TAPI, seharusnya dia bisa lebih bijak.
Apakah dia sudah mengecek, kalau maintenance bank itu sudah pasti dilakukan secara teratur? Dan, di situlah error selalu ada. Si ****** memang menginformasikan maintenance, tapi memangnya dalam maintenance itu nggak akan ada risiko error yang tidak bisa diprediksi? So...?
Mendingan, kalau memang dia mau mengritik layanan Mandiri, ya udah sih, fokus di Mandirinya aja. Gosah pake membandingkan dengan yang lain.
Bahkan nih ya, akan lebih bijak pula, kalau dia bikin followernya educated dengan menyarankan--misalnya--makanya penting bagi kita untuk tidak menyimpan duit di satu tempat saja.
Bukankah kalau kek gitu akan lebih berfaedah?
Ada yang lebih lucu lagi.
Ada influencer, komplaiiiin mulu akan satu layanan provider. Tiap kali ada buzzer lain yang lagi campaign, dia akan nyaut dengan nada nyinyir.
Turns out, one day, saya menemukan dia ngebuzz layanan provider yang sebelumnya dia komplain mulu.
HAHA!
Can you imagine, how does that look? Ridiculous!
Salahkah saya, kalau kemudian saya berpikir, "Kemarin komplain-komplain mulu, jenjangan karena iri ga dapet job." :P
Yes, people. Your social media account is your rule, of course. But if you have tons of followers, you better learn how to be wiser.
Hanya sekadar mengingatkan. *icon sembah*
So, just because you're influencer, it doesn't mean that you're always right.
Meski kita punya follower banyak dan bejibun, nggak selalu kita bener. Pun, follower dan nyinyir-ers--kek saya--juga nggak selalu bener.
Ugh. Saya sendiri juga masih sering sih melakukan dosa-dosa di atas. Hanya saja, follower saya enggak banyak, jadi ya belum terlalu kelihatan. Wqwqwq. Tapi saya juga yakin sih, saya juga dinyinyirin di luar sana. Wakakak. Biarinlah, kalau memang kamu punya nyinyiran buat saya, dan seharusnya saya tahu, please ... do not hesitate to write it on comment ya :P
Ada bagusnya juga untuk saling wawas diri aja. Ngeliat kesalahan orang lain, itu kadang ada perlunya juga. Asal kita nggak ngejudge, dan jadikan sebagai pelajaran buat diri sendiri. Jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.
16 comments
TERIMA KASIH SUDAH MENULISKAN ISI PIKIRANKU MBUAAAAAAK XD
BalasHapusBaper... baper...
BalasHapusSiap2 banyak yang baper.
pengalaman terakhir sama klien malah bikin males urus influencer hahaha. Mungkin mereka begitu karena bagian dari trik jualan mak. seperti yang diajarkan orang-orang gitu.
Klo nawarin buat foto produk gimana Mbak? Aku hobi foto2 makanan, trus aku nanya ke temen mau difotoin gratis nggak. Tp aku selalu nanya mau dikirim balik nggak produknya. Sampelnya juga secupnya aja kyk 1 porsi gitu, kalau kue ya paling 5 pcs. Tp mmg bukan nawarin endorse sih. Memang aku nawarin foto yang insyaa Allah lbh oke yang bisa mereka pakai untuk promosi produk. Ya latihan juga kalau suatu hari bisa buka jasa foto produk beneran.
BalasHapusYa enggak apa-apa, Mbak. Silakan aja kok. Menurutku, yang penting adalah kita nyadar value diri kita sendiri, dan bisa membayangkan, kontribusi seperti apa yang bisa kita berikan pada klien. Gitu aja. Memang mesti kudu bijak sih.
HapusAku malah klo brand nanya harga aku berapa? Aku bingung jawabnya. Soalnya beban mental. Apa yang aku punya sampai aku layak mendapatkan harga segitu? Apa yang bisa aku jual ke brandnya biar brandnya ga rugi ngsih kerja sama ke aku. Kdang aku suka ga PD ksh hrga ama brand. Jdi boro2 mu kepedean, yg ada juga suka tkut ngecewain brand. Mkanya aku brusaha membrikan yg trbaik aja. Yg pnting usaha dulu. Mksh mba carra udh ngingetin
BalasHapusKalau ini inget pas WA mbak Yeni nih. hahaha. Ditanya rate, bingung jawab.
HapusIni mah bukan nyinyiran. Ini seratus persen masukan membangun buat para yang ngaku influencer. Dan aku setuju sama semua poinnya. Poin 3, aku juga nemuin. Dan aku jadi pengin ketawa ngakak nganti guling2.
BalasHapusSemoga influencer-influencer itu baca ini. Sadis banget yang minta resoles 500 biji. Butuh modal dan waktu itu penjualnya. Ish, ada-ada saja deh, mba.
BalasHapusIyah si, ya, mba, gpp nyinyir asal berfaedah.
Aku pernah diamanahin buat ngulas satu buku bareng beberapa pengulas lain. Usai bikin ulasan, aku bikin Giveaway yang mana hadiahnya aku yang beliin sendiri. Entah kenapa, komentar dari sang penulisnya awalnya rada jutek. Saya bilang, kalau kirim ke sana berapa? Dan transfer kemana? Abis itu penulisnya bilang, jadi ini mbak yang beli? Saya tambah bingung. Yaiyalah saya beli hadiahnya sendiri lahyawong saya inisiatif bikin GA sendiri. Pas saya cek pengulas lain ikut bikin GA. Trus penulisnya bilang, makasih ya mba ga nyusahin aku.
BalasHapusDi situlah aku tak memahami ada apa. Berusaha positif thinking aja. Cuma jadi kepo juga.
Ini sih curcol yak. Semoga aja masih nyambung
keren! self reminder juga buat saya pribadi yang nggak pede-pede amat sama feed IG :)
BalasHapusSaya juga baca kisah-kisah itu di Twitter, ternyata ada lagi dari yang mbak tulis. Kok berani ya minta endorse produk/jasa mahal padahal followersnya lebih dikit dari brand. Padahal kalau memang influencer berkualitas pasti ditawari ya kan. Jadi pelajaran juga nih untuk para blogger.
BalasHapusSukaaak. Sama gaya nyinyirnya mba Carra hahahaa. Bacanya jadi lebih seru hahaa (mungkin karena jarang yang mau menulis sambil nyinyir, jadi walaupun pedes gitu omongannya, tapi bikin penasaran).
BalasHapusDan tulisannya banyak bener juga. Nasihatnya yang paling aku suka :
But if you have tons of followers, you better learn how to be wiser.
Thanks mba Carra buat tulisannya
okeh, memang banyak hal yang bisa kita petik dari cerita risoles itu heheee
BalasHapusSemoga nanti aku bisa jadi influencer kece yang tidak sombong, aamiin
*PD gitu :D
Baru tahu ada yang gitu. Kudet saya.
BalasHapusBekal ilmu yang bermanfaat banget bagi saya yang tidak PD beroleh job. Hati-hati sebelumi melangkah. 😇
Masya Allah tulisannya nyinyir bangeeettt huahahaha. Saya jadi geli ngebacanya. Ditambah lagi tulisan mbak yg ini "penonton yang berhak menilai tontonan yang ditontonnya, karena yang menyajikan tontonan mempertontonkan tontonan yang sungguh tak enak untuk ditonton", saya mengulang membaca sampai 5 atau 6 kali, lupa. Hahaha. Keren banget sih tulisannya mbak! Sukses!
BalasHapusEmakku jualan risoles jadinya pengen ketawa pedih baca kelakuan influencer yang minta gretongan 500 (LIMA RATUS LHO) risoles dituker foto 🤣🤣🤣 kebetulan jualan risolesnya juga via sosmed, terkadang memang kami bayar food blogger untuk endorse produk kami, itu aja kadang-kadang kami sayang duit tapi karena mikirin untuk promosi dan food blogger nya juga nggak songong yang minta-minta produk, ya kami lakukan aja. Memang mengerti soal etika itu penting yaa
BalasHapus