Jangan Lupakan atau Abaikan Subheading! Gini Caranya Bikin Supaya Menarik
Disclaimer: Artikel ini aslinya saya tulis untuk indoblognet.com, yang kemudian saya tayangkan ulang di sini dengan suntingan seperlunya.
Apa sih subheading?
Subheading, atau penajukan (sebutannya di WordPress berbahasa Indonesia) adalah semacam judul kecil yang membagi artikel kita menjadi beberapa bagian. Meski disebut sebagai “judul kecil”, tapi subheadings punya peran besar untuk membuat para pembaca blog tetap menaruh perhatian pada artikel kita.
Font subheading ini biasanya memang lebih menonjol ketimbang font artikel umumnya, karena memang tujuannya untuk menjadi pembatas, penarik perhatian, dan penanda bagian penting.
Lalu, apa pentingnya subheading?
Tau enggak, bahwa hanya 10% dari pembaca online yang mau benar-benar membaca artikel blog kita. Nah, dengan subheading atau subjudul atau penajukan inilah, para pembaca bisa scanning dan skimming dengan baik dan gampang.
Lah, mereka suka baca cepat kok malah dibantuin supaya gampang skimming?
Coba lihat, gambar berikut.
Enakeun mana untuk dibaca?
Ya, jadi gini, Marimar.
Saat mereka bisa scanning dan skimming dengan mudah dan baik, dan kemudian mereka menemukan bahwa konten artikel kita sungguh berfaedah dan banyak manfaatnya bagi mereka, maka saat itulah mereka akan mengulang lagi membaca artikel kita dengan lebih saksama.
So, ini sama halnya kek kita bikin kesempatan kedua agar tulisan kita kebaca, sampai selesai.
So, sampai di sini, setuju kan kalau subheading ini penting? Makanya kita harus tahu beberapa trik agar membuat subheadings ini tetap menarik. Kalau enggak ya, bhay juga nih mereka para fast reader ini.
So, bisa disimpulkan, bahwa subheading berfungsi untuk:
So, bisa disimpulkan, bahwa subheading berfungsi untuk:
- Menonjolkan bagian per bagian dalam artikel, sehingga tetap menarik untuk dibaca.
- Membuat para fast reader yang selalu terburu-buru membaca itu bisa skimming dengan lebih baik, dengan harapan mereka akan tertarik membaca dengan lebih saksama.
- Meringkas atau menyimpulkan dari beberapa bagian yang dipisahkannya.
- Membuat pembaca lebih mudah memahami topik yang sedang kita bahas.
- Membuat pembaca lebih penasaran, dan akhirnya mau scroll ke subheading berikutnya.
- Memudahkan kita untuk merumuskan pikiran, dan tulisan pun menjadi lebih runtut dan fokus. Saat kita sudah punya poin-poin subjudul dalam kerangka tulisan, maka selanjutnya akan jauh lebih mudah bagi kita untuk mengembangkan kerangka menjadi tulisan utuh.
Nah, yang terakhir itu saya banget. Kalau saya bikin artikel tanpa subheading dulu itu bagai kehilangan arah tujuan. Tapi, kalau sudah ada poin-poin dulu--yang berupa subheading--nulis artikel bisa lebih cepet.
Untuk Wordpress dengan Gutenberg, ada di sebelah sini.
Di mana kita setting subheading?
Kalau di Wordpress dengan classic editor, ada di sebelah sini.Untuk Wordpress dengan Gutenberg, ada di sebelah sini.
Atau, bisa juga klik di bagian block, nanti akan ada tanda plus (+) nongol, untuk menyisipkan block baru. Klik, ntar ada pilihan tipe block. Pilih yang heading.
Kalau di Blogspot, setting subheading juga ada di sebelah kiri atas kotak editor, hanya saja berbeda istilah.
Kalau di WordPress sudah langsung kelihatan heading 1, 2, 3, dan seterusnya. Nah, kalau di Blogspot, Heading = H2, Subheading = H3, Minor heading = H4.
Untuk WordPress, biasakan judul artikel sudah mendapatkan tag H1. Jadi untuk subheading pertama, kita bisa pakai mulai H2. Untuk Blogspot, subheading pertama, kita pakai yang Heading, berikutnya baru Subheading.
Bingung nggak? Hehehe. Semoga enggak ya.
Kalau di WordPress sudah langsung kelihatan heading 1, 2, 3, dan seterusnya. Nah, kalau di Blogspot, Heading = H2, Subheading = H3, Minor heading = H4.
Untuk WordPress, biasakan judul artikel sudah mendapatkan tag H1. Jadi untuk subheading pertama, kita bisa pakai mulai H2. Untuk Blogspot, subheading pertama, kita pakai yang Heading, berikutnya baru Subheading.
Bingung nggak? Hehehe. Semoga enggak ya.
Sambil dibuka blognya kalau bingung yah, sambil sebut nama saya 3 kali.
*lah*
Terus, gimana ya bikin subheading yang menarik, yang bisa bikin para skimmer dan fast reader jadi tertarik untuk baca ulang artikelnya dari awal?
Terus, gimana ya bikin subheading yang menarik, yang bisa bikin para skimmer dan fast reader jadi tertarik untuk baca ulang artikelnya dari awal?
Well, kuncinya--jujur aja nih--tetep dari konten kamu. Kalau konten kamu enggak worth to read atau topiknya enggak mereka butuhin, ya mau bikin subheading kek gimana ya, enggak bakalan dibaca ulang sik. *Mamak sang pengempas harapan*
Yagemana dong? Emang itu dulu yang mesti dipahami sik.
Kalau enggak, entar kalau misal udah coba praktikin tip-tip di bawah ini dan ternyata enggak manjur, terus bilang, "Meh, Carra mah omong doang!"
Kan ga gitu maennya. Yekan? YEKAN?!
Membuat Subheading yang Menarik
1. Inti persoalan
Para skimmer alias fast reader biasanya males baca apalah apalah pengantar artikel, mereka maunya langsung ke pokok persoalan.
So, tempatkanlah poin-poin pokok pikiran di subheading.
Jadinya tuh, saat para skimmer lagi skimming dan scanning subheading, mereka tuh kek udah disodorin inti dari artikel kita langsung, gitu loh.
Salah satu yang terpenting dalam subheadings adalah perletakan keywords utama. Pastikan setidaknya ada satu keywords utama yang menempati posisi subheadings, boleh di H2, H3, dan seterusnya. Ya, paling bagus sih di H2 sih–subjudul yang paling gede. Ini salah satu langkah SEO yang penting loh, bisa banget memengaruhi posisi artikel kita di Google.
Jadi, be smart merangkai kata-katanya ya.
2. Short and simple
Namanya juga sub-JUDUL. Judul. Jadi, bikinlah yang pendek dan simpel. Langsung ke masalah. Nggak usah endebre-endebre ke mana-mana.Elah. Tapi, kan itu ada juga yang suka bikin judul panjang?
Ya iya, tapi kan juga enggak satu paragraf dibikin subheading semua.
It's over optimized, dan Google tuh gak suka.
So, ingat, bahwa subheading ini berlaku layaknya judul. Jadi ya perlakukan seperti judul.
Berapa kata idealnya?
Enggak ada angka pasti. Hehehe. Silakan disesuaikan dengan kebutuhan, tapi jangan berlebihan.
Berapa kata idealnya?
Enggak ada angka pasti. Hehehe. Silakan disesuaikan dengan kebutuhan, tapi jangan berlebihan.
3. Kreatif
Yep, kreativitas kita dalam mengulik kata jadi kuncinya.
Anggaplah sebagai judul--seperti yang sudah dijelaskan di atas--yang akan menentukan pembaca mau ngeklik dan kemudian baca artikel kita, jadi subheadings harus juga memberikan rasa penasaran.
Untuk apa? Supaya pembaca artikel kita semakin penasaran ingin tahu apa saja yang kita bahas, sehingga mereka nggak kerasa udah scroll dan baca sampai artikel selesai.
Jadi semua syarat-syarat judul yang baik itu berlaku; either mengandung kata-kata yang powerful, emosional, mengungkapkan keunggulan atau positiveness, dan lain-lain.
Nah, demikianlah sedikit perkenalan mengenai subheading.
Untuk apa? Supaya pembaca artikel kita semakin penasaran ingin tahu apa saja yang kita bahas, sehingga mereka nggak kerasa udah scroll dan baca sampai artikel selesai.
Jadi semua syarat-syarat judul yang baik itu berlaku; either mengandung kata-kata yang powerful, emosional, mengungkapkan keunggulan atau positiveness, dan lain-lain.
Nah, demikianlah sedikit perkenalan mengenai subheading.
Jadi, sudah benar-benar setuju kan, kalau subheading itu penting?
Nggak cuma akan memudahkan kita dalam merumuskan kerangka pikiran yang kemudian dikembangkan menjadi artikel utuh, tetapi juga dapat memberikan user experience yang baik bagi pembaca. Utamanya mereka yang males baca, penginnya cepet, dan langsung dapat solusi.
Ada tambahan?
Ada tambahan?
Boleh tulis di kolom komen ya.
8 comments
Aku sudah mulai menerapkan soal subheading. Tetapi ilmu baru ini sangat bermanfaat. Terima kasih ya mbak Carra ^^
BalasHapusNulis pake sub-heading ini sebetulnya udah dipake dari jaman nyatet kuliah, secara catetannya adalah summary dari dosen + handout/buku. Alhamdulillah konsep ini kepake banget baik utk keperluan blogging + kerjaan. Buat gw; Sub-heading itu salah satu trik supaya nulisnya ngga lari kemana-mana secara pikirannya gampang banget ke-distract xixixixi #akumahgituanaknya
BalasHapusSaya kalau lagi browsing untuk tugas kuliah memang suka puyeng baca blog orang yang panjang banget pembahasannya tapi nggak ada subheading. Terus fontnya juga biru dengan background hitam. Cuma karena butuh tetap aja dipelototin.
BalasHapusMakasih sharingnya mak Carra, sangat bermanfaat. Aku masih bingung soalnya utk subheadings ini. Ohh ternyata begono toh fungsinya :D
BalasHapusUdah mulai paham dikit2 sih tapi aku orangnya paling gak bisa belajar kalo gak pake contoh 😂. So, apa ada artikel dari blog kak cara yang bisa saya baca yang pakai subheading kayak gini? Thank you
BalasHapusEh, ini kamu ngelawak kan ini kan ya? Nggak maksud nanya beneran kan? Ngetes apa gimana gitu kan ya?
HapusItu artikel yg di atas kan pake subheadings T___T Semua artikel di blog ini pake subheadings. :((
terima kasih mak carra, artikel tentang subheading ini sangat bermanfaat.
BalasHapusIya sih, emang lebih enak baca artikel2 yang ada subheadingnya. Nah, bikin subheading yang menarik itu yang rada susah, seperti bikin judul artikel itu, kayaknya judul2 artikelku kurang menarik :D
BalasHapus