5 Prinsip Dasar yang Membuat Konten Kita Berkualitas, Irresistible, dan Kuat
Ada yang suka merhatiin lukisan-lukisan gitu enggak? Kalau saya sih--pribadi nih ya--paling suka dan betah melototin lukisan Salvador Dali--ya karena dia alirannya surrealisme ya, jadi bikin mikir aja gitu lukisannya--sama lukisannya Van Gogh.
Para pelukis, seperti halnya Salvador Dali, Van Gogh, Picasso, Michaelangelo, bahkan yang ekspresionis semacam Affandi--walaupun sepertinya sekilas hanya ngasal nggambarnya, bahkan kalau Salvador Dali juga malah absurd--tapi mereka punya teori-teori khusus yang membuat lukisan mereka menjadi sebuah mahakarya.
Maksudnya gimana sih?
Pada dasarnya mereka semua sama; mempunyai prinsip-prinsip tertentu yang mereka temukan dari pengalaman dan pengamatan yang kemudian membentuk lukisan mereka sedemikian rupa sehingga enak banget dinikmati dan akhirnya berharga mahal. Mulai dari pemilihan dan perpaduan warna yang nggak bisa sembarangan, perspektif yang mesti bener, komposisi, dan sebagainya, ini menjadi faktor penentu hasil lukisan mereka akan cetar atau enggak.
Nah, sebenarnya hal ini sama juga dengan perkontenan.
(((perkontenan)))
Dalam membuat konten--terutama konten untuk blog--sebenarnya ada beberapa prinsip yang bisa kita pegang sehingga kita tuh akan selalu bisa membuat konten yang irresistible dan kuat setiap kali kita menulis.
Iya, setiap kali. Jadi bisa disimpulkan, kalau prinsip-prinsip ini selalu dipatuhi, konten kita tuh bakalan kuat dan berkualitas semua.
Jadi, prinsip apa sajakah itu? *zoom in zoom out*
5 Prinsip dasar untuk membuat konten yang berkualitas, irresistible, dan kuat
1. Ditulis dalam personality kamu
Maksudnya gimana?Ya, layaknya suara sebenarnya. Suara kita kan masing-masing punya tone sendiri-sendiri kan? Nggak ada tuh, suara dua manusia yang bisa sama persis plek tiplek. Mungkin bisa saja terdengar mirip, tapi tetap berbedalah.
Begitu juga soal tulisan.
Kita kan menulis di blog? Pastinya lantas blog kita juga mencerminkan personality kita kan ya?
Iya dong.
Kalau nggak kerasa personality-nya gimana?
Ya, jadi media online.
Media online, atau E-Zine deh, itu juga ada personality sih kalau menurut saya. Coba lihat Mojok. Khas banget kan? Lalu Tirto, Kumparan, Hipwee, ... semua punya gaya bahasa sendiri-sendiri.
Setiap konten yang ditulis dengan personality yang kuat akan menjadi konten yang kuat juga.
Jadi gimana?
Temukan ciri khasmu, find your writing voice.
Caranya gimana menemukan ciri khas? Ada pernah saya tulis juga di blog ini. Silakan ya dibaca. Hehe.
2. Mengedepankan benefit
Tentunya benefit untuk pembaca.Karena kalau enggak, ya ngapain orang harus datang sih? Siapa kita hingga blog kita tuh didatangi orang? Kita kan bukan Raditya Dika. Kita bukan Amrazing. Kita bukan Alodita.
Kalau mereka-mereka ini mah, cuma nulis curhatan aja ya tetap banyak yang baca. Nggak usah mikirin SEO ya traffic blog tetap tinggi. Meski update-nya setahun sekali juga nggak masalah, ratecard tetap 'bunyi'.
Lha, kita?
Kita bukan siapa-siapa.
Orang yang datang ke blog palingan ya karena mereka mencari informasi tertentu
Kalau nggak ada benefit buat mereka, ya ngapain coba mereka baca? Apa pentingnya?
Maka benefit untuk pembaca ini harus ada di setiap konten. Meskipun ini blog adalah jurnal pribadi kita. Kan bisa juga itu benefit diberikan dalam bentuk curhatan.
3. Konten yang bercerita
Saya mengamati juga, konten dengan cerita yang runtut dan rapi selalu punya kesempatan lebih besar untuk viral. Apalagi kalau ditambah dengan emosi, tapi bukan yang meledak-ledak.Ya, semua orang suka baca cerita. Jadi, selalulah sematkan cerita dalam setiap artikel di blog. Kalaupun bikin tip, pasti akan bagus juga sembari kita cerita pengalaman pribadi kita di sana-sini saat menuliskan tipnya. Cerita yang seperti ini tuh malah justru membuat konten tip kamu lebih kuat lagi lo, karena berarti tipnya nggak omdo alias omong doang. Terbukti, gitu deh.
Saya sendiri juga selalu tertarik membaca tip yang terlihat sudah dilakukan oleh si pemberi tip kok. Jadi kelihatan aja gitu ada jaminannya. Iya nggak sih?
Atau jangan-jangan cuma saya aja yang gitu ya? Hahaha.
4. Talk to your reader
... instead of talking at them.Beda ya. Iya.
Yang satunya dua arah, yang satunya satu arah.
Ini juga hasil pengamatan. Tulisan yang seakan mengajak ngobrol pembacanya biasanya lebih laris dan lebih mudah melejitnya.
Tapi, "tulisan yang ngajak ngobrol" ini juga berarti ambigu juga sih.
Kadang, karena kita maunya begitu santai, begitu kasual tulisannya, begitu "gue banget" maunya, akhirnya malah blunder juga. Misalnya, tulisan jadi pakai huruf 4l4y, lantaran biasanya juga ngalay. Atau pakai singkatan-singkatan absurd-yang-cuma-kita-sendiri-yang-tahu-artinya.
Jadi, mestinya yang kek gimana sik?
Saya juga nggak bisa ngasih dalilnya sih, karena preferensi mungkin berbeda. Tapi--lagi-lagi hasil dari pengamatan--tulisan yang seakan ngajak ngobrol pembaca tapi juga memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang benar biasanya akan disuka.
So, mesti gimana tuh biar bisa "ngajak ngobrol tapi juga memperhatikan kaidah penulisan yang benar"?
Ya, pelajari tata tulis yang baku, dan kemudian dipadukan dengan gaya menulis kita sendiri. Makanya, belajar tata bahasa Indonesia itu penting dan nggak bisa disepelekan ya.
Jangan merasa terintimidasi dengan tata bahasa Indonesia yang baku ini. Bahasa Indonesia nggak sekaku itu kok, tapi kita memang mesti tahu dulu aturan benarnya. Baru kemudian disesuaikan dengan gaya kita.
Sama kayak para pelukis yang nama-namanya saya sebutkan di atas. Mungkin mereka sekarang banyak yang "breaking the rules" dan menciptakan gaya sendiri-sendiri. Tapi, mereka tuh sebelumnya juga belajar aturan-aturan yang benernya dulu, baru kemudian mereka kan tahu, sebelah mananya nih yang bisa "dilanggar" hingga menciptakan gaya baru mereka yang khas.
Bahasa Indonesia juga gitu.
Lhah, elu nulis "di-" sebagai kata depan aja masih disambung, nulis "dirubah" alih-alih "diubah", udah sok-sokan aja.
#ehgimana
*ngumpet*
5. Persuasive enough
Tulisan yang bisa "memengaruhi" pembaca--in a good way ya--biasanya juga akan laku keras. Dengan kata lain, tulisan yang bagus itu biasanya punya call to action yang powerful.Misalnya nih, kita ngeblog soal handlettering ya.
Kita bisa nih menuliskan mengenai handlettering sampai sebegitu rupa, sampai orang tuh akhirnya pengin nyobain handlettering juga.
Nah, jenis konten seperti ini bakalan irresistible banget deh. Kuat sepanjang masa, karena bisa sampai memengaruhi orang lain.
Kemampuan untuk "membujuk" melalui tulisan ini, menurut saya, mutlak dipunyai oleh seorang bloger profesional. Apalagi buat mereka yang memonetasi blognya dengan job review dan sponsored post.
Tapi memang, keterampilan seperti ini tak bisa dipunyai oleh semua orang. Saya mengamati, tak banyak bloger Indonesia bisa melakukan hal ini dengan baik dan smooth.
Tapi juga jangan salah. Meski keterampilan ini adalah level advanced, tapi bukan berarti nggak bisa dipelajari lo. Keterampilan ini bisa banget kita pelajari. Dengan cara apa? Dengan banyak membaca, terutama membaca konten dari bloger lain yang lebih tinggi jam terbangnya dan biasa profesional menerima sponsored post. Coba perhatikan, bagaimana mereka mengolah kontennya untuk menghasilkan artikel yang irresistible ini.
Nah, penuhilah 5 prinsip dasar konten irresistible dan kuat di atas setiap kali kamu membuat konten. Dijamin deh, laris manis!
Susah?
Ya udah nggak apa-apa.
Mungkin kamu memang belum siap melejitkan blogmu sendiri.
18 comments
Langsung dipraktekan yang belum dilakukannya. Nggak susah mba karena belajar. 😘
BalasHapusSemangat, Rin!
HapusAih, setuju sekali dengan poin-poin diatas. Terutama poin pertama dan ketiga. Rasanya aneh melihat seorang blogger yang artikelnya itu minim cerita dan pakai gaya bahasa yang relatif kaku. Lebih cocok jadi jurnalis di media saja, daripada jadi blogger
BalasHapusHahahaha. Iya, kalau kaku ntar dikira kanebo kering lo. #ehgimana
Hapuskalo baca tulisan mba carra tu pasti adaaa aja bagian yg rasanya JLEB. tapi kok nagihhh selalu pengen baca kalo ada tulisan baru.
BalasHapusmakasih ilmunya mba carra :)
Waduuuuh. Maafkan kalau bikin jleb ya. :( Ga maksud.
HapusMbak Carraaaaaaaaa. How I miss your writing. Selalu sebagai kompas pemandu dalam penulisan blog.
BalasHapusSemoga hasilnya berkualitas dah.
Uhuk.
Hapus((kompas pemandu)) Ahay.
You do just right, Mas. Keep on going!
Terima kasih untuk tulisannya yang begitu bermanfaat mbak :)
BalasHapusKalau tulisan atau kontennya berkualitas dibumbui dengan ilmu SEO udah pasti banyak traffic yang datang dan stay a.k.a bounce ratenya rendah.
Kalau begini enak ya mba? :D
Iya, enak, Bu. Tapi ngerjainnya kadang juga nggak enak. Huahahaha.
HapusTerima kasih sudah membaca :)
dan sampai sekarang saya masih berusaha untuk mencari jadi diri saya sendiri saat menulis :-D
BalasHapusSemakin lama, makin terasa bahwa menulis bukan sekadar menuangkan ide cerita saja, tapi ada banyak hal yang harus diperhatikan. Berbeda dengan waktu awal ngeblog yang tujuannya hanya menghasilkan artikel tapi tulisannya entah dibacapun kadang enggan :-(
Bener banget, seiring jam terbang nulis biasanya dari diri sendiri muncul semacam tuntutan untuk menjadi lebih baik.
HapusItu pertanda BAGUS.
Tipnya to the point banget! Dan aku kadang masih ngerasa perlu banyak belajar menulis dengan teknik persuasif ini, Mba. Yang smooth sampai pembaca ngga merasa dibujuk tapi merasa memang begitulah yang seharusnya :).
BalasHapusAku pun, Mbak ^^
HapusYuk, belajar bareng!
tuh kannn kalau ke blog ini pasti deh bakal baca artikel dari judul sampei credit title ahahha. ini hal yang sebenernya udah kita ketahui bareng, tapi kalau dismapaikan mba jadi lebih "oh iyaa ya" yukk mariii nulis
BalasHapusIklannya juga boleh lo, kalau mau diklik. #ehh
HapusHuahahahaha.
Makasih ya, Nay :-*
Have fun writing!
Point 5 harus digali lebih banham lagi. Trims tipsnya,Mbak :)
BalasHapusyg ke lima ada contoh tulisan blogger nya ga mba, ya meski jarang,tp penasaran model contoh tulisan kyk gmn masuk kategori persuasive enoguh
BalasHapus