[Studi Kasus] Artikel Tomoyo Rin: Kolaborasi Orang Tua, Guru, & Pemerintah untuk Pendidikan yang Lebih Baik
Hai, ketemu lagi di postingan Analisis Konten yang kedua, setelah kemarin saya bikin Analisis Konten dari artikel di blog Mbak Shanty Dewi Arifin.
Untuk Analisis Konten yang kedua ini, saya akan melakukan analisis terhadap artikel Tomoyo Rin aka Erin, yang berjudul Kolaborasi Orang Tua, Guru, & Pemerintah untuk Pendidikan yang Lebih Baik.
Lagi-lagi saya mengandalkan mindmap dan si 5W1H untuk bisa mengulas artikel Erin.
Yang pertama harus kita tahu lebih dulu, adalah tujuan kita menulis.
Kenapa sih, tujuan menulis ini harus diketahui lebih dulu?
Karena tujuan menulis ini nanti akan menentukan target audience atau target pembaca artikel kita. Tanpa ada tujuan menulis, yakin deh, nanti hasil tulisan kita akan kurang fokus, nggak jelas juga misinya mau apa. Akibatnya? Ntar pasti pas menulis dan setelah ditulis, artikel kita juga nggak jelas juntrungannya.
So, untuk artikel Erin ini, saya agak kurang bisa menebak sih. Apakah mau sekadar mengungkapkan argumentasinya ataukah mau secara persuasif mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu.
Biasanya, artikel yang bisa menjejak di pikiran pembacanya adalah artikel yang bisa call pembaca to action. Jikapun bentuknya adalah artikel argumentatif, si penulis bisa memengaruhi pembaca untuk ikut setuju, atau malah justru bisa mengundang pembaca untuk berdiskusi (kalau nggak boleh dibilang mendebat).
Artikel pendidikan punya Erin, sepertinya sih, punya dua tujuan sebagai berikut:
- Memberi gambaran dan mungkin "kritik" akan sistem pendidikan Indonesia pada umumnya.
- Mengajak pembaca untuk menjalankan peran lebih baik
Dengan catatan di atas, maka sudah ada satu hal yang harus diperhatikan oleh Erin next time menulis, yaitu tolong tentukan tujuan menulis artikel sejak awal kamu mulai mikirin ide. Mau apa nih? Mau mengajak pembaca melakukan sesuatu? Memperkenalkan sesuatu? Memberi informasi sehingga pembaca full updated atau full informed?
Jika tujuan menulis kamu jelas, maka target pembaca jelas, dan akan lebih mudah untuk menyampaikan pesan. Pun kita bisa menulis secara mendalam, secara in-depth. Nggak ngambang, dan lebih fokus.
Oke, kita lanjut ya.
Analisis Konten Kolaborasi Orang Tua, Guru, & Pemerintah untuk Pendidikan yang Lebih Baik
1. What
Topiknya adalah tentang pendidikan Indonesia.
Sebenarnya di sini, Erin bisa menggambarkan mengenai pendidikan Indonesia secara umum. Bisa juga cerita mengapa Erin pengin menuliskan artikel ini, apa yang menjadi tujuan Erin mengupas pendidikan Indonesia dari kacamata Erin.
Well, memang sudah disebutkan bahwa Erin menulis ini sebagai tanggapan terhadap artikel lain, tapi ada bagusnya juga cerita apa yang lebih memicu untuk menuliskannya.
2. Who
Menurut Erin, ada 3 pihak yang seharusnya berperan lebih baik dalam membangun sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik, yaitu orangtua, guru, dan pemerintah.
Okei, bisa sih. Berarti para siswa yang menjadi pelaku langsung pendidikan Indonesia dianggap sebagai objek oleh Erin, sehingga nggak dimasukkan sebagai pelaku atau the heroes.
Tapi gimana dengan masyarakat umum ya? Apakah sudah bisa dibilang mewakili pemerintah?
Atau mungkin ini pendapat pribadi saya sebagai pembaca.
Bisa saja sih, karena menurut saya, masyarakat umum seharusnya juga berperan lebih baik dalam sistem pendidikan Indonesia.
Tapi saya nggak akan mendebat sih, tapi barangkali Erin bisa menjelaskan, mengapa hanya ada 3 pelaku sistem pendidikan Indonesia itu saja dalam uraiannya.
3. Where
Lokasi, berarti bisa di sekolah dan di rumah ya? Masing-masing diwakili oleh guru dan orangtua. Lalu bagaimana dengan di luar sekolah dan rumah?
Apakah anak-anak berarti tidak terdidik lagi begitu mereka keluar dari zona sekolah dan rumah?
4. When
Pastinya ya sehari-hari ya.
Barangkali bisa dijabarkan lagi dengan lebih detail.
5. Why
Why di sini lebih ke latar belakang masalah yang ingin dikupas oleh Erin, yaitu mengenai sistem pendidikan Indonesia yang masih kurang. Di antaranya:
- Bisa ditambahkan data
- Bisa ditambahkan fakta
- Bisa ditambahkan pengalaman Erin sendiri
Dari 20juta anak-anak usia didik, ternyata yang sekolah baru 1/3-nya. Dan yang sukses hanya 1/5 dari 1/3. Lalu kenapa yang lain belum sukses?
Nah, dari sini kan kemudian bisa diteruskan dengan dugaan, bahwa mungkin sistem pendidikan Indonesia masih kurang tepat sasaran. Lalu lanjutkan lagi dengan bukti-bukti yang lain.
Yes, dalam artikel Erin ini saya merasa masih kurang banget dukungan data dan faktanya. Erin sempat menyinggung pengalamannya sendiri di sekolah, tapi itu pun nggak ada penjelasan lebih lanjut. Jadi, kurang personal.
6. How
Apa yang bisa kita lakukan, sebagai orangtua? Sebagai guru? Ada usulan ke pemerintah? Pastinya masing-masing merupakan "jawaban" dari elemen-elemen who, what, when, where, dan why yang tadi ya.
Jadi, how ini sebagai langkah solusi barangkali.
Kesimpulan
Erin masih kurang jelas tujuan menulisnya. Mau menulis opini, namun masing-masing elemen terasa masih kurang mendalam. Memang ini bukan karya ilmiah sih, mungkin lebih ke pandangan pribadi Erin sebagai seseorang yang pernah mengenyam pendidikan di Indonesia. Tapi kan justru bagus, sebagai alumni pendidikan Indonesia, pastinya Erin punya uneg-uneg itu kan wajar sekali, dan harus disampaikan karena Erin adalah seorang penulis.
Uneg-uneg tersebutlah yang menjadi PESAN yang ingin disampaikan oleh Erin. Dan pastinya menyampaikan pesan dan uneg-uneg itu harus ada tujuannya kan? Tujuannya, mengajak pembaca untuk ikutan usul, misalnya. Agar pembaca ikut menyetujui pemikiran Erin, contohnya. Dan lain sebagainya.
So, next time jika Erin pengin menulis, ada baiknya untuk menentukan dulu tujuan tulisan Erin, apa pesan yang ingin disampaikan. Dengan begini, tone tulisan Erin akan lebih jelas.
Demikian, analisis konten kita kali ini.
Next kita lanjut ke analisis konten yang ketiga dan terakhir ya, artikel milik Mbak Putu Sukartini :)
Cya!
8 comments
Terima kasih Mba Carra....
BalasHapusDua poin di atas bener Mba tujuan aku memang kritik pendidikan di Indonesia dan Mengajak pembabca termasuk aku sendiri agar memiliki peran baik dalam pendidikan sehingga gak hanya bergantung pada satu elemen.
Dan betul sekali pas nulis artikel ini aku gak pake 5W1H....
Makasih loh Mba untuk saran dan koreksinya, ini sangat bermanfaat banget dan pas juga aku lagi bingung bikin tulisan lain. Bermanfaat sekali ini Mba Carra.
Makasih, Rin, sudah merelakan artikelnya aku ubak-ubek :-*
HapusAnalisa yang bagus, contoh kasus yang bagus. Selain metode mind mapping apakah ada cara lain lagi ya? TFS mba Carra.
BalasHapusMmmm. Sebenarnya kalau bisa langsung jabarin sih nggak pakai mindmapping ya nggak apa-apa. Kebetulan aja aku visual tipenya. Jadi lebih mudah pakai mindmapping.
HapusYang penting, rangkaian sebab akibatnya jelas.
pencerahan lagi, iya aku sering nulis soal opini. dan kalau baca ulasan ini...hmm punyaku juga ga dalam.
BalasHapusCoba lebih in-depth, Nay :) Biasanya sih akan lebih nampol.
HapusPakai 5W 1H itu membuat menulis lebih jelas dan terarah ya mbak. Makasih telaah post tulisannya....
BalasHapusIya, aku sih selalu pakai aturan ini terutama kalau lagi ngedit Mas :)
HapusMakasih juga sudah baca :D