Bridging konten itu seperti jembatan yang menghubungkan satu ide ke ide berikutnya. Kalau jembatannya kokoh, pembaca bisa mengikuti alur dengan lancar. Tapi kalau rapuh, pembaca bisa bingung atau bahkan kehilangan minat.
Banyak yang enggak sadar kalau kesalahan kecil dalam transisi bisa bikin tulisan terasa lompat-lompat dan kurang nyaman dibaca.
Kesalahan Bridging Konten
Itu tanda bridging kurang efektif. Tanpa transisi yang baik, pembaca harus berusaha lebih keras memahami isi tulisan. Akhirnya, fokus mereka bisa buyar, dan pesan utama jadi kurang tersampaikan.
So, coba lihat, apakah kamu juga sering melakukan kesalahan bridging konten ini?
1. Transisi Enggak Relevan dan Membingungkan
Transisi berfungsi menghubungkan ide agar pembaca tetap mengikuti alur dengan jelas. Jika transisi enggak relevan, pembaca bisa merasa ada loncatan topik yang membingungkan.
Kesalahan ini sering terjadi ketika dua paragraf berdiri sendiri tanpa hubungan yang kuat. Akibatnya, pembaca perlu usaha lebih untuk memahami maksudnya. Transisi yang baik harus memastikan kesinambungan antara ide sebelumnya dan ide berikutnya.
Contoh kesalahan:
"Berinvestasi penting untuk masa depan. Selain itu, gaya hidup sehat juga tidak kalah penting."
(Hubungan antara investasi dan gaya hidup sehat tidak jelas, sehingga transisi terasa janggal.)
Baca juga: Teknik Bridging dalam Menulis Artikel
2. Penggunaan Kata Penghubung Berulang dan Monoton
Kata penghubung yang digunakan berulang-ulang membuat bacaan terasa datar dan membosankan. Variasi kata sangat penting agar transisi tetap terasa alami dan gak terkesan dipaksakan.
Kesalahan ini sering terjadi ketika menggunakan kata seperti selain itu, kemudian, oleh karena itu secara terus-menerus tanpa variasi. Akibatnya, pembaca merasa pola tulisan menjadi monoton dan kehilangan ketertarikan. Gunakan sinonim atau pendekatan berbeda agar transisi lebih dinamis.
Contoh kesalahan:
"Selain itu, investasi bisa dilakukan sejak muda. Selain itu, penting juga memahami risikonya."
(Penggunaan selain itu secara berulang membuat transisi terasa membosankan dan tidak efektif.)
3. Lompatan Logika yang Terlalu Jauh dan Tidak Nyambung
Lompatan logika terjadi ketika dua ide disambungkan tanpa hubungan yang jelas, membuat pembaca bingung. Hal ini sering muncul saat penulis gak memberikan konteks yang cukup sebelum berpindah ke topik baru.
Kalau pembaca harus mengisi sendiri celah pemahaman ini, mereka bisa kehilangan fokus atau salah menafsirkan isi tulisan. Penyebab utamanya adalah kurangnya penjelasan atau contoh yang menghubungkan kedua ide tersebut. Jadi, pastikan setiap bagian memiliki keterkaitan logis agar bacaan tetap mengalir dengan baik.
Contoh kesalahan:
"Menabung sejak dini sangat penting. Oleh karena itu, memilih asuransi kesehatan harus dilakukan dengan bijak."
(Tidak ada penjelasan bagaimana menabung berkaitan langsung dengan pemilihan asuransi.)
4. Penggunaan Frasa Klise yang Enggak Menambah Makna
Frasa seperti "seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya" atau "pada dasarnya" sering digunakan tanpa benar-benar menambah informasi. Penggunaan frasa ini bisa membuat transisi terasa lemah dan kurang efektif. Kalau enggak disertai dengan tambahan informasi yang lebih dalam, pembaca hanya akan merasa bahwa tulisan berputar-putar tanpa poin yang jelas.
Frasa semacam ini lebih baik dihindari atau diganti dengan kalimat yang lebih langsung. Transisi yang baik harus memperkuat hubungan antara gagasan, bukan sekadar mengulang informasi sebelumnya.
Contoh kesalahan:
"Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, menabung sangat penting. Oleh karena itu, menabung perlu dilakukan sejak dini."
(Mengulang informasi tanpa tambahan nilai membuat transisi terasa lemah dan tidak efektif.)
5. Bridging Terlalu Panjang dan Bertele-tele
Penjelasan yang terlalu panjang sebelum masuk ke poin utama bisa membuat pembaca kehilangan fokus. Hal ini sering terjadi ketika penulis merasa perlu memberikan terlalu banyak latar belakang sebelum sampai ke inti pembahasan. Akibatnya, pembaca mungkin bosan dan berhenti membaca sebelum mencapai bagian penting.
Sebuah transisi harus cukup singkat untuk menjaga minat pembaca, tetapi tetap jelas dalam menghubungkan ide. Hindari paragraf pengantar yang terlalu panjang jika tidak benar-benar diperlukan.
Contoh kesalahan:
"Sebelum kita masuk ke pembahasan tentang investasi, mari kita pahami terlebih dahulu pentingnya perencanaan keuangan yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengeluaran, pemasukan, gaya hidup, dan sebagainya. Setelah memahami hal tersebut, barulah kita bisa membahas investasi lebih lanjut."
(Terlalu banyak pengantar sebelum inti pembahasan.)
6. Tidak Menyesuaikan dengan Format dan Pembaca
Gaya bridging harus disesuaikan dengan format konten dan target pembaca. Dalam artikel panjang, transisi bisa lebih mendalam, tetapi di media sosial atau konten visual, bridging harus ringkas dan langsung.
Kesalahan sering terjadi ketika penulis menggunakan gaya yang sama untuk semua platform tanpa mempertimbangkan karakteristik pembaca. Akibatnya, pembaca bisa merasa konten terlalu lambat atau terlalu padat untuk dicerna. Pahami format dan kebiasaan pembaca agar bridging lebih efektif dan menarik.
Contoh kesalahan:
Di media sosial: "Sebelum membahas tips investasi, mari kita telaah dulu sejarah pasar keuangan dari abad ke-19 hingga saat ini."
(Di media sosial, pembaca lebih suka langsung ke intinya tanpa pengantar panjang.)
7. Pengulangan yang Tidak Diperlukan dan Membosankan
Mengulang informasi yang sama tanpa tambahan nilai bisa membuat pembaca bosan. Kesalahan ini sering muncul ketika penulis ingin menegaskan poin tertentu tetapi enggak memberikan sudut pandang baru.
Akibatnya, bacaan terasa berputar-putar dan kehilangan daya tarik. Jika perlu mengulang ide, pastikan ada variasi atau tambahan informasi yang memperkaya pemahaman. Hindari pengulangan yang hanya mengisi ruang tanpa memperkuat argumen.
Contoh kesalahan:
"Investasi penting untuk masa depan. Jika tidak berinvestasi, masa depan bisa kurang terjamin. Oleh karena itu, investasi adalah hal yang penting."
(Pernyataan diulang tanpa tambahan informasi baru, membuat pembaca jenuh.)
Baca juga: Contoh Bridging dalam Artikel yang Membuat Transisi Antar Topik Lebih Mulus
Bridging konten yang baik bikin tulisan lebih enak diikuti dan nggak bikin pembaca bingung. Kalau transisinya jelas, pesan yang disampaikan juga lebih mudah dipahami. Hindari kesalahan umum seperti lompatan logika, transisi yang nggak nyambung, atau pengulangan yang nggak perlu. Dengan begitu, tulisan jadi lebih mengalir dan pembaca tetap fokus sampai akhir.