Storytelling bukan sekadar menyampaikan cerita. Ada cara membuat storytelling yang bisa bikin orang terbawa suasana, merasa terhubung, bahkan ikut merasakan emosi dalam cerita.
Pernah baca kan, sesuatu yang bikin terharu atau termotivasi? Itu bukan kebetulan. Cerita yang kuat selalu memainkan emosi pembacanya. Kalau cerita terasa datar, orang mungkin akan lupa dalam hitungan detik.
Cara Membuat Storytelling yang Menyentuh Emosi
Tapi, gimana caranya membuat storytelling bisa menyentuh emosi pembaca? Ada teknik khusus yang bikin storytelling terasa lebih dalam dan berkesan. Ini dia.
1. Gunakan Pembuka yang Menggugah Perasaan
Pembukaan adalah bagian yang menentukan apakah pembaca akan lanjut membaca atau tidak. Pakai sesuatu yang langsung menarik perhatian, seperti cerita singkat, pertanyaan yang bikin mikir, atau fakta mengejutkan.
Misalnya, kalau menulis soal keuangan, bisa mulai dengan, "Dulu, gaji Rp5 juta terasa cukup. Sekarang, baru tengah bulan, dompet sudah kosong."
Pembuka seperti ini bikin pembaca merasa relate dan penasaran. Jangan langsung kasih informasi berat di awal. Bangun dulu emosinya supaya mereka terhubung dengan isi artikel.
Baca juga: Manfaat Storytelling dalam Menulis Online
2. Bangun Koneksi dengan Pembaca
Artikel yang emosional terasa dekat dengan pembaca karena mereka merasa cerita itu ada hubungannya dengan hidup mereka. Pakai kisah nyata atau contoh yang bisa mereka bayangkan.
Misalnya, kalau bahas stres kerja, jangan hanya bilang "banyak orang stres karena kerja." Lebih baik gambarkan, "Pulang kerja jam 9 malam, masih harus buka laptop di rumah. Akhir pekan? Isinya tetap kerja."
Ini bikin pembaca merasa, "Wah, gue banget!" Kalau mereka merasa artikel ini "bicara" langsung ke mereka, mereka akan lebih terhubung dan tertarik untuk lanjut membaca.
3. Gunakan Gaya Bahasa yang Personal dan Mengalir
Artikel yang terlalu formal terasa kaku dan berat dibaca. Pakai bahasa yang lebih santai, seperti ngobrol dengan teman. Hindari kata-kata teknis atau kalimat panjang yang bikin pusing.
Contoh, daripada menulis, "Perubahan kebijakan ekonomi global berdampak pada daya beli masyarakat," lebih baik, "Harga-harga naik, gaji segitu-segitu aja. Belanja jadi makin mikir dua kali."
Gaya bahasa seperti ini terasa lebih hidup dan lebih mudah dipahami. Pembaca juga nggak perlu mikir keras buat mencerna isi tulisan.
4. Tampilkan Konflik dan Solusi
Artikel yang menarik biasanya punya "masalah" yang bikin pembaca penasaran. Jangan langsung kasih solusi di awal. Bangun dulu konfliknya biar pembaca merasa butuh informasi yang diberikan.
Misalnya, kalau menulis tentang produktivitas, bisa mulai dengan, "Setiap pagi niatnya mau kerja fokus. Tapi baru duduk, buka HP, tahu-tahu satu jam hilang."
Setelah itu, baru masuk ke cara mengatasinya. Pembaca jadi lebih tertarik karena mereka merasa sedang mengalami masalah yang sama.
5. Gunakan Deskripsi yang Memicu Imajinasi
Alih-alih cuma menyajikan data atau fakta, coba buat pembaca bisa membayangkan situasi yang diceritakan.
Misalnya, kalau membahas dampak inflasi, jangan cuma tulis angka persentase kenaikan harga. Lebih baik, "Dulu, Rp100.000 cukup buat belanja bulanan. Sekarang, baru beli beras sama minyak, uangnya udah habis."
Deskripsi yang seperti ini bikin pembaca langsung paham tanpa perlu memikirkan angka atau data yang rumit.
6. Gunakan Kutipan yang Kuat
Kutipan dari seseorang bisa bikin tulisan terasa lebih berbobot dan nyata. Bisa dari ahli, orang terkenal, atau pengalaman langsung seseorang.
Misalnya, kalau membahas soal kesehatan mental, bisa pakai kutipan dari psikolog atau orang yang pernah mengalaminya. Contohnya, "Kadang yang bikin capek bukan kerjaannya, tapi beban pikirannya," dari seseorang yang mengalami burnout.
Kutipan seperti ini bisa memperkuat emosi yang ingin disampaikan dalam tulisan.
7. Tunjukkan Dampak Emosi dari Topik yang Dibahas
Jangan cuma bahas fakta atau teori, tapi juga tunjukkan bagaimana hal itu berdampak ke kehidupan sehari-hari.
Kalau menulis soal utang, misalnya, jangan hanya bahas bunga pinjaman. Bisa ditulis, "Tidur gelisah karena tagihan numpuk. Tiap ada telepon masuk, langsung deg-degan takut ditagih."
Ini membuat pembaca lebih bisa memahami masalah secara emosional. Mereka juga jadi lebih sadar kalau ini bukan cuma teori, tapi sesuatu yang bisa terjadi dalam hidup mereka.
8. Akhiri dengan Call to Action yang Menginspirasi
Penutup yang baik bukan hanya merangkum isi artikel, tapi juga memberikan dorongan bagi pembaca untuk bertindak.
Jangan cuma bilang, "Demikian artikel tentang pentingnya menabung." Lebih baik, "Mulai dari yang kecil. Pisahkan Rp10.000 per hari, tanpa sadar sebulan bisa terkumpul Rp300.000. Yang penting bukan jumlahnya, tapi kebiasaannya."
Penutup yang inspiratif bikin pembaca merasa mendapat sesuatu dari artikel dan terdorong untuk melakukan perubahan.
Baca juga: Beberapa Jenis Latihan Menulis yang Bisa Dilakukan untuk Menghasilkan Tulisan yang Powerful
Emosi adalah kunci storytelling yang berkesan. Tanpa emosi, cerita terasa hambar dan mudah dilupakan.
Dengan memahami cara membuat storytelling yang bisa menyentuh perasaan, cerita akan lebih kuat dan melekat di ingatan. Entah itu tulisan, presentasi, atau konten digital, elemen emosi selalu punya peran besar. Mulai terapkan, dan lihat bagaimana cerita bisa lebih hidup dan berpengaruh.
Temukan tips menulis lainnya yang praktis dan inspiratif di Instagram Penulis Konten. Jangan lewatkan konten menarik yang bisa bantu meningkatkan skill menulismu!