[Studi Kasus] Artikel Shanty Dewi Arifin: KonMaring Your Home, KonMaring Your Life
Jadi sebenarnya ini saya juga yang cari perkara sih.
Beberapa waktu yang lalu, saya nyetatus di Facebook. Awalnya karena dipicu blogwalking ke suatu blog dan ngepoin komen. Hingga akhirnya, saya kepikiran untuk membuat studi kasus dan analisis konten artikel dari teman-teman.
Kalau eikeh bikin semacam telaah, kayak yang pernah dilakukan Mas Febriyan Lukito terhadap beberapa artikel SEO teman-teman, tapi aku lebih ke kontennya, apakah ada yang mau dengan sukarela merelakan tulisannya eikeh analisis?
Ternyata masih buanyak sekali teman-teman yang salah mengartikan kalimat saya di atas.
Mereka ngehnya saya akan kasih kritik terhadap tulisannya. Mungkin juga karena "pengantar"-nya soal kritik seseorang terhadap tulisan orang lain ya. Nggak tahu juga.
Yang pasti, banyak yang takut. Hahahaha.
Saya pengin ngejelasin, bahwa telaah dan analisis itu bukan berarti kritik atau celaan.Tapi ah, saya lagi kumat jail. Jadi saya biarkan saja yang takut ditelaah. Hahahaha. Nggak maksa.
But, sorry ya. Saya nggak akan kasih kritik, apalagi celaan.
Telaah ya telaah. Nge-breakdown tulisan dan kemudian dicocokkan dengan struktur yang bener.
Kenapa ya, masih pada takut dengan kata "kritik"? Lagian, apa saya pakai kata kritik ya? Saya bener kan ya, menggunakan kata "analisis" dan "telaah". Hahaha.
So, sekali lagi. Saya hanya mau studi kasus aja, menganalisis tulisan. Lalu menyatakan opini saya mengenai tulisan tersebut. Gitu aja.
So, saya memilih 3 orang blogger yang bersedia tulisannya saya jadikan studi kasus. Nanti hasilnya gimana, entah. Apakah penuh dengan "celaan" karena tulisannya kurang tepat strukturnya setelah dianalisis, ya embuh. Nggak tahu. Atau tulisannya justru dapat pujian, karena sudah oke semua, ya bisa jadi juga. Anything can happen dalam sebuah analisis.
Mari kita mulai dengan tulisan Mbak Shanty Dewi Arifin.
Mbak Shanty adalah seorang blogger berdomisili Bandung. So far, saya sudah memasukkan blog Mbak Shanty dalam Feedly saya.
Sebenarnya bahasa tulis Mbak Shanty itu sudah berkarakter. Saat saya nggak lihat nama Mbak Shanty, tapi kalau baca tulisannya bisa jadi saya langsung mengenalinya.
Setelah saya ubek-ubek blognya untuk mencari artikel yang bisa saya analisis, saya pun ... bingung, mau bahas yang mana. Hahaha. Saya nggak mau ambil tulisan yang terlalu argumentatif ya, karena takutnya nanti malah bukannya nganalisis, malah cenderung ndebat kan, kalau ada yang nggak cocok.
So, saya akan ambil artikel tentang Konmaring.
Artikel aslinya ada di sini ya. Silakan dibaca dulu, karena saya nggak akan nulis ulang. Ntar kepanjangan. :D
Analisis Konten Artikel KonMaring your home, KonMaring your life
Saya akan langsung ke analisis kontennya, dengan menggunakan senjata andalan saya. Yes, si 5W1H.
Saya berusaha menyarikan tulisan Mbak Shanty ke dalam bentuk mindmapping, dan beginilah hasilnya.
Mari kita lihat satu per satu.
Saya mengambil artikel ini karena beberapa alasan:
- tulisan Mbak Shanty ini pernah saya rombak dan muat di Rocking Mama.
- tulisan ini tone-nya netral,
- tulisan ini mengandung informasi "baru", dalam artian saya mengasumsikan belum semua orang mengerti tentang Konmari. So, Mbak Shanty "bertanggung jawab" kalau pembaca nggak paham juga soal Konmari setelah selesai membaca artikel ini. Hahaha. Dalam tanda petik ya ;)
- ada tutorial dalam tulisan ini, sehingga memudahkan kita untuk menganalisis dan mengecek apakah sudah cukup informatif atau belum. Karena tutorial seharusnya ditulis step by step dengan jelas.
So, saya mencoba "menerawang" tujuan Mbak Shanty menuliskan artikel Konmari ini. Kalau nggak salah, Mbak Shanty punya 2 tujuan, yaitu memperkenalkan Konmari dan membuat(mu) untuk ikutan Konmaring.
Bertolak dari tujuan itu, selanjutnya kita akan lebih mudah mengecek, apakah tulisan kita tepat sasaran atau enggak.
Sekarang, mari kita lihat satu per satu ya, unsur 5W1H-nya.
1. What
Unsur 'what' di sini adalah Konmari, lebih spesifik lagi mengenai mengorganisir isi rumah dengan metode Konmari.
Yang saya garis bawahi di atas merupakan topik utama tulisan yang diangkat oleh Mbak Shanty. Dari kalimat yang digarisbawahi itu, kemudian ada beberapa pertanyaan yang bisa digunakan sebagai bahan pengembangan tulisan.
Misalnya:
- Apa itu Konmari?
- Siapa penggagasnya?
- Oh, ternyata ada bukunya?
- Dari mana sih ini berasal?
Mbak Shanty menjelaskan "identitas" si Konmari ini saat membahas buku Maria Kondo, Life-changing magic of tidying up, the japanese art of the cluttering and organizing, dalam paragraf-paragraf awal.
Checked.
2. Who
Who adalah the heroes, si tokoh yang melakukan sesuatu.
Dalam Konmaring, tentu saja, tokoh pelaku adalah para ibu rumah tangga, dalam hal ini terwakilkan oleh Mbak Shanty sendiri.
Checked.
3. Where
Di mana lokasinya? Rumah. Sudah terjawab pula oleh Mbak Shanty. Checked.
Tapi pertanyaan lain lantas timbul. Inilah mengapa satu artikel harus di-breakdown dengan bantuan 5W1H ini, supaya kita bisa mem-prevent pertanyaan yang bisa muncul di benak pembaca. Dan sampai di sini pun, terbukti kan. Tiba-tiba muncul pertanyaan di benak saya.
Apakah hanya bisa dilakukan di rumah saja?
Bisakah dilakukan di kantor?
Bisakah dilakukan di kos?
Bisakah dilakukan di apartemen?
Kalau nggak bisa, kenapa?
Kalau bisa, berarti bukan mengorganisir RUMAH saja, melainkan mengorganisir ruang. Ruang apa pun.
Ini bukannya lantas artikelnya salah sama sekali. Nope. Namun, bisa saja di bagian akhir ditambahkan, kalau metode Konmari ini juga bisa dilakukan di kantor, kos, apartemen dan ruang lainnya. Lalu persilakan pembaca mencobanya juga di ruang-ruang selain rumah tersebut, minta pembaca untuk share jika mereka sudah melakukannya.
It's one way to engage, hm? :)
4. When
When, adalah tentang waktu. Misalnya, ada beberapa pertanyaan yang barangkali bisa menjadi panduan untuk pengembangan.
- Kapan sebaiknya melakukan Konmari? Apakah ada waktu spesifik yang disarankan oleh Marie Kondo? Jika ya, kapan?
- Jika tidak, barangkali Mbak Shanty bisa memberi saran, kapan waktu yang tepat untuk melakukan Konmari. Checked. Di artikelnya, Mbak Shanty sudah menuliskan bahwa beliau melakukan Konmari saat nggak ada yang lihat. Well, it's a good suggestion. Alasannya apa, ada dalam artikel. Lagian, kalau beres-beres rumah sambil direcokin anak-anak juga kapan selesainya kan? Nah, ini barangkali bisa ditambahkan atau diperjelas lagi.
- Kira-kira apakah cukup hanya dilakukan sekali saja?
- Atau harus dilakukan secara teratur? Jika ya, kapan?
- Seberapa lama melakukan Konmari? (yang ini sudah ada dalam artikel. Checked.)
Pertanyaan sejenis ini ada peluang untuk muncul, makanya seharus di-prevent timbulnya sejak dalam artikel.
5. Why
Mengapa harus Konmari?
Ini lebih pengin nanya ke Mbak Shanty sih, kok tertarik untuk nyobain Konmari?
Dalam artikel Mbak Shanty, ada kalimat seperti ini.
Apa hubungannya beberes rumah dengan mengubah hidup? Percaya deh, harus dicoba sendiri dan mari bergabung dengan para KonMari-ers dari seluruh dunia.
Ini bisa jadi merupakan jawaban dari pertanyaan 'why', jawaban dari "Kok Mbak Shanty mau nyobain Konmari?".
Kata lainnya, rumah Mbak Shanty bisa jadi sangat berantakan, banyak barang keselip, dan itu bikin stres. Hehehe. Yakali ya, Mbak. Kalau memang ini yang menjadi alasannya, justru ini bagus untuk diekspos. Karena di luar sana pasti banyak banget yang senasib. Iya, termasuk saya. Dan memang butuh banget tuh, cara buat ngerapiin rumah. Karena siapa sih yang nggak pengin rumah rapi? Kualitas hidup meningkat? Sudah pastilah. Lebih enak!
Maka kemudian, saya tambahkan beberapa kalimat penegas pada artikelnya yang dimuat di Rocking Mama.
Menata rumah menjadi PR besar bagi sebagian mama, apalagi kalau rumah sudah penuh dengan timbunan barang. Tapi dengan metode KonMari, menata rumah bukan lagi soal sekadar kerapian, tapi meningkatkan kualitas hidup.
Apa hubungan antara menata rumah dengan perubahan hidup?
Banyak!
Apalagi kalau kita menata rumah demi kenyamanan hidup. Kebayang kan,
Ma, kita hidup dalam rumah yang teratur, rapi, semua barang ada di
tempatnya masing-masing, gampang ditemukan dan gampang disimpan?Jadi semakin jelas, bahwa Konmari ini patut dicoba karena hasilnya bisa bikin hidup kita lebih nyaman, karena barang-barang jadi lebih mudah penyimpanannya pun gampang ditemukan.
6. How
Nah, kalau lebih sistematisnya, saya menarik poin-poin berikut ini untuk 'how'-nya. Sebenarnya hanya 4 sih. Karena yang ke-5 yaitu 'nikmati!' itu sebenarnya harus diletakkan pada konklusi, bukan pada 'how'.
- Kumpulkan barang per kategori
- Sortir per sub kategori
- Singkirkan
- Atur kembali sesuai kategori
Pada dasarnya, yang ditulis juga sudah pas. Tinggal ada satu pertanyaan, how do we keep it tidy ya? Any idea? Secara, rumah kan nggak kita sendiri yang ada. Ada anak-anak, ada bapaknya anak-anak. Yang yah, pengalaman sih, kalau menuntut mereka untuk bisa selalu rapi itu malah jadi bikin kita stres sendiri. Hahaha. Iya, ini mah pengalaman pribadi eikeh sih. Pfffft.
So, sepertinya sih, Konmari ini harus dilakukan secara teratur sih. Karena ya itu tadi. Susah banget kalau menuntut seisi rumah ikutan Konmari. Bisa ngomel 24/7. What do you think, Mbak Shanty?
Kesimpulan
Pada dasarnya Mbak Shanty sudah oke sistem penulisannya. Sudah runtut, dan step by step-nya juga jelas. Hanya saja, pada opening, menurut saya masih kurang 'bang!', masih terlalu flat yang mana belum menimbulkan rasa penasaran bagi pembaca untuk lanjut.
Karena awalnya, semacam mau review buku. Padahal di belakang, ada ajakan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Jadi semacam, missed the point.
Sehingga pada artikel yang saya edit, saya agak mengubah susunan strukturnya dengan menaruh 'why' pada awal artikel.
Mengapa 'why' yang saya taruh di awal sebagai 'bang' opening?
Ya, karena seperti yang sudah saya jelaskan di atas. Bahwa ada banyak orang barangkali bingung dan stres banget karena rumah atau ruang hidupnya berantakan. Ini menjadi PAIN atau sesuatu yang mengganggu mereka.
Mereka butuh 'pencerahan' dari 'pain' yang mereka punya ini. Nah, ini cocok kan dengan tujuan Mbak Shanty menuliskan Konmari, yaitu membuat(mu) tertarik untuk ikutan Konmari.
Maka, PAIN ini harus ditaruh di awal, untuk menarik orang mau membaca hingga akhir.
Semacam, seperti ini.
Rumah kamu berantakan? Rumah saya enggak tuh. Dan karena nggak berantakan, saya jadi nyaman banget dan makin betah tinggal di rumah.
Kok bisa? Ya bisa dong, kan saya sudah praktikkan Konmari.
Apa tuh Konmari?
Konmari adalah ... blablabla ... *teruskan dengan 'what'.
What, who, where, when, why dan how ini bisa ditukar-tukar tempatnya, tergantung kekuatan masing-masing. Makanya saya selalu menggunakan outline lebih dulu, sehingga kemudian saya gampang menukar-nukar tempatnya sesuai mana yang lebih kuat elemennya.
Hasil akhir editannya bisa dibaca di sebelah sini.
Nah, demikian studi kasus kita kali ini. Sampai ketemu lagi di studi kasus berikutnya ya :)
11 comments
Masya Allah, keren amat diagnosis dokter Ratri. Jadi ini rahasianya tulisan rapi? Saya selama ini masih nulis sekedar nulis. Nulis pakai rasa tanpa pakai struktur. Makanya suka bingung kenapa ada tulisan yang bisa viral, ada yang nggak. Baru tahu kalau strukturnya ternyata harus memenuhi unsur-unsur tertentu. Sekarang jadi siap berlatih dengan lebih baik. Thanks you so much Ratri. *gratis kan konsultasi ini?
BalasHapusWell, sebenarnya ini juga bukan berarti jaminan viral sih, Mbak. Itu hubungannya bisa jadi trending topic, dan banyak faktor juga lain. Bisa jadi artikel viral malah nggak ada struktur sama sekali. Ada banyak alasan tulisan bisa menjadi viral.
HapusTapi ini lebih ke runtutnya kita bercerita, kelengkapan informasi yang disampaikan, yang mana akan membuat user experience yang baik.
Terima kasih sudah merelakan tulisannya aku ubek-ubek yah :-*
hwaaa...iya iya, membuat 'bang' itu yang perlu dipelajari lagi. oke mba Cara...pencerahan kali ini pun kece. olwes keceee
BalasHapusMakasih ya, Nay :-*
HapusYa ampun iki tulisane apik banget, iso bikin mindmap n mengupas secara detail
BalasHapusNjir aku dadi kemlecer pengen juga site ku di audit mbak Carra.
#ambilNomorAntrian
Walah :)))))
HapusKeren banget mba. Thanks buat sharing ilmunya... Analisisnya keceh
BalasHapusajaib . . . . ajaib, koq ada ya makhluk ajaib di muka bumi.
BalasHapusApik banget, Mbak. Aku mau coba di artikel2 ku selanjutnya. Thanks banget :)
BalasHapusParagraf pertama yang menggoda. Hahaha. PR banget ini, Mbak.
BalasHapusEhm, aku lagi latihan bikin pembukaan dengan gaya feature, Mbak, itu bagaimana? Bukan hanya pembukaannya saja, isinya juga. Tapi susah ternyata ya. Menurut Mbak Carra, bagaimana?
Bergizi sekali setiap mampir blog ini. Malasiih
BalasHapus