Tentang Keidean: Bagaimana Mengolah Ide Inspirasi Menjadi (Seakan-akan) Ide Original
Olahlah ide sampai matang! |
Kemarin sempat ngobrol bareng Mbak Indah Juli dan juga Mbak Lusi Tris, tentang keidean. Pun akhirnya distatusin oleh Mbak Indah :D
Apa itu keidean?
Jadi gini lho.
Sebagai seorang penulis (eikeh nggak nyebut blogger saja ya, karena ini adalah hal yang sangat wajar terjadi pada para penulis, dan pada pekerja kreatif lain juga sebenarnya), adalah wajar ketika kita melihat atau membaca atau mengalami suatu hal dan kemudian mendapatkan ide tulisan. Siapa sih yang nggak pernah terinspirasi oleh hal lain saat nulis atau saat sedang dalam proses kreatif?
Saya mah SERING BANGET!
Artikel ini nih, salah satunya. Idenya ya dari obrolan kapan hari sama MbakIn dan MbakLus. Kebetulan juga saya suka banget mengamati (tapi ogah ikutan ramai) hal-hal yang terjadi di dunia maya, khususnya di blogosphere. Jadilah memang banyak artikel yang keidean dari apa yang sering saya jumpai. Ada yang dari pertanyaan orang, ada yang dari komen orang ... sampai juga ada yang dari artikel orang lain.
Buat saya, itu adalah hal yang sangat wajar. Sangat sangat wajar, hingga kadang saya sendiri juga (berusaha keras untuk) merasa wajar saat saya menemukan artikel lain yang agak-agak mirip dengan tulisan saya. Nggak cuma sekali dua kali saya menemukannya, dari mungkin hanya mirip ide sampai yang plek tiplek (eh ini mah bukan mirip lagi ya :P ). Dari yang hanya sekitar 20 - 30% sampai yang 100% (eits, ini juga bukan mirip lagi deh).
Saya kembali mengingatkan pada diri sendiri, bahwa there's nothing new under the sun. Lagipula yang saya rasakan kemudian saya bahas dalam suatu artikel itu juga kan bisa saja dialami oleh orang lain. Toh, saya juga sering membahas dan menulis hal-hal yang pernah ditulis oleh siapa pun.
So, saya menyuntikkan pikiran positif pada diri saya sendiri, bahwa barangkali artikel yang mirip-mirip punya saya atau ide dasarnya sama persis (meski sebelumnya saya belum pernah lihat di mana pun) itu dipunyai si penulisnya gara-gara melihat banyak hal juga. Lagian, namanya ide dasar kan memang nggak boleh diklaim. Susah juga kan ya?
Taruhlah salah satu kasus ya. Suatu hari saya menulis artikel mengenai dosa-dosa parenting yang sering dilakukan oleh para ibu. Ide dasar artikel itu saya dapatkan dari artikel orang lain yang sedang menghujat orangtuanya sendiri. Pendapat saya, every mom has their own battle, dan kita nggak berhak mengadilinya, meski kita anak dan mungkin menjadi 'korban' orangtua kita masing-masing. Dan kemudian ada beberapa artikel lain yang terdengar mirip setelahnya.
There's nothing new under the sun! |
Lalu apakah saya klaim bahwa artikel lain tersebut nyontek ide saya? Nggak bisa. Meski dalam hati saya mengernyit, tapi ya sudahlah. Kalau dikit-dikit klaim ide, kok ya jadinya berat banget hidup lo, Nak.
Karena pada akhirnya saya juga berhasil untuk memberi sugesti pada diri saya sendiri, bahwa saya menulis artikel itu juga karena terpicu oleh artikel lain. Saya menyebutnya sebagai trigger. Dan yang namanya trigger itu, sudah umum ada di dunia kreatif, yang kemudian diolah secara kreatif oleh para pekerja kreatif hingga menjadi produk kreatif yang lain. *kreatif-ception*
Wajar kan? Wajar!
Yang perlu digarisbawahin di sini adalah "diolah secara kreatif".
Pernah dengar the most quotable quotes dari Picasso, bahwa "good artists copy, great artists steal"? Itu juga berlaku di dunia kepenulisan, termasuk dunia blogging.
Baca juga: Masih Kekurangan Ide? 30 Ide Blogpost Buat Sebulan Ini Bisa Kamu Pakai!
Artinya kurang lebih begini, kalau dalam kasus keidean tulisan ini.
Kalau terinspirasi, ngambil lalu kita tuangkan lagi tanpa ada unsur kreativitas pada akhirnya hasil karyamu itu ya hanya berakhir pada hasil kopas. Entah itu kopas tulisan, atau kopas ide. Kopas tulisan jelas itu kriminal. Kopas ide? Masih ada di area abu-abu. Mau diklaim, kok ya tulisannya beda. Kalau dikonfrontir, si kopaser juga bisa ngeles. Ide kan bisa saja sama kalau dilogika. Iya kan? Mau didiemin aja, kita yakin banget bahwa itu ide kita for some reasons.
Lalu gimana?
Saya juga nggak bisa jawab dengan tepat juga. Selain khawatir salah menginformasikan, saya sendiri juga masih sering keidean dari tulisan atau artikel lain. Memangnya saya bisa yakin 100% kalau semua ide tulisan saya itu semuanya original dari otak saya sendiri? Enggak tuh. Selalu ada, meskipun hanya sedikit banget, inspirasi dari yang lain. Lebih precised lagi, dari artikel lain.
Tapi, saya bisa yakinkan, bahwa saya telah mengolahnya, memasaknya kembali, hingga menjadi satu 'masakan' baru. How?
Saya melakukan cara-cara seperti ini.
Jangan terburu-buru saat sedang berproses kreatif! |
- Baca artikel trigger sampai selesai. Pahami secara mendalam, terutama jika artikelnya berbahasa asing. Pastikan nggak ada yang missed. Pokoknya kita harus sampai benar-benar paham, maksud tulisannya apa, pesannya apa, dan end goal-nya apa.
- Catat poin-poin terpenting yang bisa ditemukan dalam artikel trigger tersebut. Buatlah dalam kalimat atau frasa yang singkat. Jangan terlalu panjang. Hanya 5 - 6 kata dalam satu frasa pun sudah cukup. Poin-poin inilah yang menjadi outline awal artikel baru saya.
- Tutup artikel trigger, jangan pernah dibuka atau dibaca lagi. Lebih bagus lagi, kalau outline awal yang tadi kita susun berdasarkan artikel trigger kita endapkan dulu beberapa hari.
- Pikirkan apakah outline yang tadi sudah kita bikin bisa dikembangkan lagi, based on pengalaman kita.
- Di sini proses memasak ulang kita dimulai. Ada yang perlu tambahkan? Tambahkan. Ada yang diganti? Ganti. Ada yang dikurangi? Kurangi. Proses ini cukup panjang, nggak cukup kalau hanya 10 menit. Anggaplah kita sedang menulis artikel yang benar-benar baru.
- Lakukan riset dengan membaca lagi 2 - 3 artikel dengan topik yang sama. Tambahkan lagi, atau kurangi yang perlu.
- Outline sudah lengkap? Let's cook! Dengan cara demikian, kemungkinan besar sih, artikel yang kita hasilkan bebas plagiarisme meski punya topik yang sama dengan artikel trigger.
- Jangan lupa cek ke http://smallseotools.com/plagiarism-checker/ untuk melihat apakah benar-benar orisinal. Nilai standar orisinal yang baik adalah antara 90 - 100%.
Neil Patel sendiri pernah bilang begini.
Quote by Neil Patel, junjunganku. |
Lihat apa yang dibuat oleh 'kompetitor'-mu, dan perbaikilah apa yang kurang. Tulis kontenmu dengan lebih detail, lebih actionable, lalu bungkus dengan desain yang lebih cantik.
Ada yang mau mendebatnya?
Saya enggak. Karena saya sudah membuktikannya, and it works! Tapi, pastikan kita masak kontennya hingga benar-benar matang! Jangan sampai ada yang masih mentah. Jangan sampai masih ada kalimat-kalimat yang mirip. Bahkan sediksi-diksinya pun harus beda! Karena setiap orang punya cara masak sendiri-sendiri. Kalau kita masaknya sudah dengan cara kita sendiri, ya masa' sih hasilnya masih nggak ala kita kan?
Kalau hasil tulisannya masih terdengar seperti punya orang lain, berarti ada yang salah dengan cara masak kita.
Baca juga: 4 Cara Brainstorming yang Dapat Menghasilkan 100 Ide Artikel dalam Waktu Singkat
Apa yang saya tulis di atas saya tujukan bagi para creative content cook yang mendapatkan ide dari cook yang lain. Don't lower yourself dengan menjadi seorang kopaser ide mentah-mentah. Kamu kan orang yang kreatif, kalau sudah mau mengaku menjadi seorang penulis ataupun blogger.
Lalu bagaimana dengan para creative content cook yang merasa idenya diambil oleh cook yang lain?
*kedik bahu* Kembali lagi pada kalian. Kalau memang nggak ikhlas, silakan saja dikonfrontir. Semua kan bisa diukur dengan keikhlasan. Bagaimana agar membuat kita terbebas dari rasa nggak enak itu kan?
Kalau saya pribadi sih, ketimbang mikirin ide yang diambil orang, hambok buat mikir ide lain lagi yang bisa saya eksekusi jadi konten yang lebih bagus.
Ketimbang ngitungin berapa banyak ide saya yang diambil sama yang lain, mendingan ngitungin ada berapa ide baru lagi yang bisa saya jadikan karya yang lebih baru lagi.
Mendingan piknik, terus berlatih brainstorming dan menggali ide. Siapa tahu dapat ide original yang kemudian ngehits, lalu diambil sama orang. Karena, somehow, saat ide dasar tulisan saya diambil sama yang lain itu, juga ada rasa kebanggaan tersendiri kok. Saya bisa jadi trendsetter. Bahahaha.
Iya, itu saya sih.
Nggak tahu Mas Anang.
Halah.
22 comments
Saya malah dalam tahapan keidean terus menerus. Saya baca artikel ina inu eh kepikiran buat bikin artikel ini itu. Wkwkwkwkwk. Keidean mulu nih saya Mbak.
BalasHapusEksekusi juga dong :3
HapusIntinya jadi tertantang untuk lebih baik ya Mba.
BalasHapusIya, Uti. Begitulah :3
HapusMakasih ya, sudah baca ^^
Keidean itu boso planet mana to mbaaak? *Sambil ngumbahi babat, eh anduk.
BalasHapusEmbuh yo. Hahahaha. Wingi kae piye to, kok isa jadi keidean? =)))
HapusWah. Tampilan blognya baru, kayak punya Mas Feb n Mas Dani. Baru tau bp bisa pake template begini *oot
BalasHapusBtw Mak. Aku coba praktekin ini buat artikel rocking mama yg masih belum kelar2 tak bikin. Maafkan.*pasang mata ala puss
Template yang mana? Templatenya nggak ganti sejak domainnya dibikin :))
HapusSangat bermanfaat sekali mba Carra. Akan saya praktikan. :-)
BalasHapusKeidean? Sama gak dengan ideasi or ideation in english Mb Carra?
BalasHapusAh, enggak tahu ya :) Mungkin kamu bisa teliti lagi, sama enggak artinya.
HapusAh Mba suka banget dengan "Saya Bisa Jadi Trendsetter" bagi mba yang sudah punya pembaca setia mungkin kata itu tepat tapi kalo yang seperti serpihan kerupuk pembaca setia masih seujung kuku pas dicopy idenya ma orang bikin asma langsung kambuh wkwkwkwk...
BalasHapusHahaha. Jangan gitu ah.
HapusSaya ngalamin ide dicuri kan nggak baru sekarang-sekarang aja. Sejak 10 tahun mulai ngeblog, udah sering dikopi. Bahkan nggak cuma di blog. Dicuri ide desain sama mantan bos juga pernah. Pada akhirnya produk yang aku desain dan dicuri idenya itu ya memang boom, banyak yang minat beli. Satu hal nyeseknya dan dendamnya memang sampe sekarang. Tapi, sisi lain, aku seneng. Berarti desainku berhasil guna :) Tetap ada senengnya, meski nyeseknya luar biasa.
Nulis juga gitu.
Nyesek iya, senengnya juga ada. Aku lebih memilih "merangkul" perasaan positifnya aja. Supaya energiku nggak habis buat drama :) Yang negatif, aku manfaatkan energinya untuk menulis yang lebih baik lagi.
Gitu aja sih, kalau aku pribadi :)
keidean itu bahasa sunda btw. hehehe. aku sering juga tuh ngerasa begitu, kok orang ini nulis sama kaya yang aku tulis sebelumnya. tapi ya udah aku mah anaknya geer aja sekalian, langsung menobatkan diri memang aku inspiratif gitu HAHAHAHAHAHA soal desain blog juga, aku baru ganti bagian ono, eh si ini sama si itu kok ikut ganti juga? geer banget aku mah anaknya hahaha kalau untuk nulis sendiri aku biasanya justru ga mau kalau nulis sama kaya orang-orang, jadi ya harus mikir keras ide apa ya yang belum kepikiran orang. *anaknya repot lol
BalasHapusOooo. Bahasa Sunda tah? Hihi.
HapusKeidean ini emang sudah gak bisa lagi dilepas kok mbak. Memang kondisinya sudah seperti yang dirimu bilang. gak ada yang 100 persen asli full. Pasti ide dasarnya sudah pernah ada yang bahas. Apalagi kalau kita bicara soal blogging. Indonesia sendiri termasuk yang late blooming. Ijin link ya mbak.
BalasHapusIndonesia kayaknya hampir semuanya late booming :))
HapusSelama ini aku nggak pernah ngecek standart orisinal artikel, habis ini dipraktekkan deh.
BalasHapusNah kalo resep masakan itu kalo aku searching banyak yang sama resepnya :D
Iya, kalau resep mah agak susah ya, Mak, diklaim orisinalitasnya.
HapusSetuju banget ama "nothing new under the sun"
BalasHapusSeperti yang pernah saya bilang di blognya mas febriyan, kemungkinan besar hanya niche inventor atau jurnal yang bisa mendekati 100% baru.
Yang penting menurut saya, polesan kita sebagai ciri khas..
Soal ide dicuri, nggak berani komen.. Karena pasti ngeselin banget.. Dulu saya pernah, tapi bukan dalam tulisan sih.. Dalam pekerjaan.. Sebelnya luar biasa, tapi yauda gapapa lah. Legowo aja
Legowonya itu yang susah tapi ya. Hahaha.
Hapusmakasi tipsnya. bener banget, diolah dulu lebih lengkap, lebih actionable, lalu design dengan cantik. sip (y)
BalasHapus